"Sudah, tadi makan bubur sama Mita," jawabnya.Â
"Mita? siapa dia Mas?" tanyaku begitu antusias. Untuk pertanyaan itu tidak bisa kubendung sama sekali.Â
"Teman, sesama aktivis," jawabnya singkat sambil berlalu meninggalkanku di ruang tamu.
"Mas, apakah dia pun menghabiskan malam bersamamu?" tanyaku lagi.Â
"Iya, kami merencanakan acara besar. Jadi harus begadang bersama. Jangan berpikir macan-macam. Aku lelah mau mandi terus istirahat dulu," jawab mas Handy sambil bergegas menuju kamar hendak mandi.Â
Aku terdiam. Lidahku begitu kelu untuk kembali mencari tahu dengan mengajukan pertanyaam lainnya yang mungkin lebih menjurus pada jawaban yang sebenarnya tidak ingin aku dengar. Sebuah kemungkinan yang terjadi jika lelaki dan perempuan bersama sepanjang malam. Sering bertemu dalam sebuah acara, sudah berapa dalam perasaan mereka masing-masing?Â
Ah, kepalaku begitu penuh dengan pertanyaan.Â
Oh iya, aku baru ingat, kalau ingin tahu tentang kegiatan mas Handy, aku tahu harus mencarinya di mana.Â
Selepas mandi, mas Handy langsung tertidur pulas di kamar. Sementara aku segera fokus mencari tahu. Segera saja aku berselancar di mesin pencarian. Ku ketik nama lengkap suamiku, Handy Purnomo Gunawan. Di sana muncullah beberapa artikel dan foto yang terhubung pada namanya.Â
Beberapa kegiatan menunjukkan bahwa mas Handy menjadi pembicara di seminar besar, beberapa lagi soal kegiatan partai yang mengusungnya untuk maju ke pilkada.Â
Apa? Mas Handy nyalon? Kenapa aku tidak pernah diajaknya bicara?