Mohon tunggu...
Diantika IE
Diantika IE Mohon Tunggu... Freelancer - Freelancer

Penulis, Blogger, Guru, Alumnus Pascasarjana UIN Sunan Gunung Djati Bandung, Menulis di Blog Pribadi https://ruangpena.id/

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Saksi

19 Desember 2023   16:12 Diperbarui: 19 Desember 2023   16:13 184
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Kakimu bagaimana? Sudah membaik? Masih sakit gak? Kapan terapi lagi?" Nala membombardirku dengan pertanyaan.

"Satu-satu dong, Nala...! Apa tadi, bawa kabar apa?" tanyaku santai. Aku yang sejak tadi santai, sedikit terpancing dengan kabar itu. 

Sebenarnya sudah jauh-jauh hari, saya tidak ingin lagi mendengar bahasan ini. Berkali-kali aku mencoba pasrah dan berserah. Meyakini bahwa ini murni musibah kecelakaan.

Ya, meskipun hati kecilku sendiri merasakan banyak keganjilan. Kecelakaan yang aku alami memang tidak wajar jika ditimbang oleh logika. Selalu aku pastikan bahwa kendaraanku baik-baik saja. Service rutin, kendaraanku pun masih terbilang baru, kondisinya masih sangat fit. Namun tiba-tiba remnya blong, aku dan mobilku ditnemukan warga di tepi jurang. Nahas. Beruntung Tuhan masih menyelamatkan nyawaku.

"Kabar apa yang kau bawa, Nala?" aku mengulang pertanyaan dengan malas.

Nala terperangah, "aku senang, akhirnya kau ingin mengetahuinya juga, kan? Kau harus mendengarnya, Anna," ucap perempuan berbadan gemuk itu. Sesaat kemudian tangannya menyambar gelas air dan menyedotnya dalam-dalam.

"Sebentar, aku haus," katanya diiringi seringai. Barisan giginya yang gingsul menjadikan Nala lebih manis ketika ia tersenyum atau tertawa.

Aku hanya bisa menunggu Nala melanjutkan bicara.

"Tadi pagi aku mendapatkan telepon dari bapak yang masih di tempat kerja. Secara tidak sengaja dia mendengar percakapan. Seseorang telah berbuat curang dan memang berencana mencelakaimu, Anna!" Nala berapi-api.

"Lalu?"

 "Jadi, bapakku tidak sengaja menuping pembicaraan seseorang yang menyebut-nyebut nama kamu, Ann. Bak detektif tua, bapakku itu melakukan penyelidikan sampai akhirnya mendapatkan banyak informasi. Aku rasa, ini saatnya kamu lapor polisi, Ann," ucap Nala bersemangat.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun