Mohon tunggu...
Diantika IE
Diantika IE Mohon Tunggu... Freelancer - Freelancer

Penulis, Blogger, Guru, Alumnus Pascasarjana UIN Sunan Gunung Djati Bandung, Menulis di Blog Pribadi https://ruangpena.id/

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Hantu Penghuni Kampus II

27 Mei 2020   19:22 Diperbarui: 27 Mei 2020   19:18 284
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Mads Schmidt Rasmussen/Unsplash

Nafasku sedikit lega, berharap itu hanya halusinasi saja. 

Aku melangkahkan kakiku kembali. Menyusuri lorong yang rasanya begitu panjang dari yang aku sangkakan. Besi suara itu kembali muncul. Terasa begitu dingin di dekat kupingku. Sebuah benda menyentuh pundakku. Rasanya seperti sentuhan tangan, dingin dan lembab. Tangan itu mulai meraba, pelan, perlahan, membuat hatiku semakin gentar. 

Aku lari secepat mungkin, yang ada di pikiranku adalah bagaimana caranya lepas dari benda itu, apa namanya. Akhirnya aku keluar dari lorong itu. Aku berada di sebuah tempat yang cukup pencahayaan. Kepalaku masih disibukkan dengan pikiran-pikiran tentang makhluk yang menyentuh pundakku. Siapakah itu? Apakah itu hantu?

Aku kehilangan jejak. Mbak Nina tidak ku temui di sana. Kupikir dari lorong itu, mushola sudah dekat. Tapi ternyata hanya hitam pekat di depan mataku. Ku coba menghubungi Mbak Nina. Lama sekali dia mengangkat teleponku. Namun akhirnya diangkatnya pula panggilanku. Mbak Nina pun berjanji akan menjemputku. 

"Halo, Mbak," ujarku. Suaraku nyaris habis dimakan ketakutan. Aku sudah tidak sanggup lagi berdiri di tempat itu. Namun aku tidak tahu harus mengarahkan langkahku ke mana. Aku sudah berada di belakang kampus, menghadap jalan yang sama gelapnya. Remang-remang cahaya, tidak bisa menerangiku. Aku berusaha menggunakan lampu senter yang ada di aplikasi ponsel. Aku lebih memilih bertahan di sana. Karena jika aku bergerak dan melanjutkan perjalanan, Mbak Nina tidak akan menemukanku.

Menit berlalu, Mbak Nina tidak juga datang seperti janjinya. Aku mulai resah. Telingaku menangkap suara-suara aneh lagi. Kini kudengar ada cerita-cerita minta tolong, seperti orang kesakitan dan sedang mendapatkan siksaan. Pertahananku mulai goyah. Ingin rasanya aku pun ikut berteriak, bahwa di sana aku takut. 

Mbak Nina jelek juga datang. Aku mencoba memanggilnya kembali. Namun sesuatu nampak sekelebat di depan mataku. Seorang gadis berlari menuju lorong itu. Dengan langkah yang terburu-buru, salah iya dikejar sesuatu. Teriakannya pun semakin jelas, ya dia minta tolong. 

Naluriku terpanggil, di tengah rasa takut, aku ingin menolongnya. Langkahku tergerak ke sana. Aku mengikuti langkah gadis itu ke dalam lorong gelap tadi. 

Di dalam lorong, aku menemukan gadis itu tergantung dengan sangat mengerikan. Bajunya robek penuh darah, rambutnya terurai, samar-samar lidahnya pun terjulur. Lehernya tercekik oleh tali. Ingin rasanya aku berteriak, tetapi lidahku rasanya begitu kaku. Aku bersiap untuk melangkah mundur, kembali berbalik arah ke tempat aku menunggu Mbak Nina. 

Namun tiba-tiba sesuatu kurasakan menubruk tubuhku. Besar, kasar, seperti manusia. Tubuhnya terhempas ke tanah, kurasakan tanganku menyentuh lantai yang dingin dan lembab. Wajah ku tersungkur lantai itu. Aku berusaha untuk bangkit. Aku sangat terkejut, ketika aku mendongak, mataku melihat sesosok makhluk tinggi besar, wajahnya menyerupai kucing, arti tangan tubuh dan kakinya masih menyerupai manusia. 

Gigi taring yang begitu panjang, matanya tajam mengancam. Aku berusaha untuk berlari tapi dia menghalangi. Beberapa langkah aku berhasil menghindarinya, tapi kemudian kakiku menjadi kaku. Sepasang tangan muncul dari tembok tembok itu. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun