Beberapa yang tidak bisa hadir aku benar-benar mensyukurinya. Demi harapan agar Pak Yoga yang masuk menggantikannya. Rasa kecewa pun timbul jika ternyata guru piket lain yang masuk.
Namun tak mengapa toh bebebrapa bulan terakhir ini aku telah terbiasa menghubunginya lewat telefon. Kami biasa berkomunikasi bercerita banyak hal. Terutama kesulitanku dalam pelajaran. Ia tak sekadar guru untukku, tapi kakak, sahabat dan aku sebenarnya berharap lebih, sangat berharap lebih dari itu. Sayang sekali, aku hanyalah murid baginya. Walupun terkadang perhatian Pak Yoga rasanya membuat aku merasa spesial di hatinya.
Suatu hari pak Yoga pernah mengatakan bahwa dengan keberadaanku dia menjadi lebih bersemangat bekerja. Dia juga beberapa kali mengajakku ke panti asuhan tempat ia mengabdikan diri. Kami semakin dekat dan semakin berharap banyak. Akan tetapi, lagi-lagi pak Yoga tetaplah menjadi guruku, guru piket di sekolah kami.
*
Hari ini aku sudah lulus SMU. Kini aku sudah kuliah smester satu di Universitas yang sama dengan Pak Yoga. Program magisternya hampir tuntas dan hari indah itu pun terwujud, Pak Yoga menyatakan cinta kepadaku. Kejujuran itu terungkap ketika aku sudah berstatus mahasiswi.
Guruku yang sekarang menjadi kekasihku selalu mengisi hari-hariku. Yoga pindah bekerja ke salah satu instansi pemerintah dan diangkat menjadi pegawai tetap. Aku bahagia memiliki kekasih yang jauh lebih dewasa. Yoga tulus menjagaku. Ia selalu mendukungku dalam hal apapun yang positif, mengingatkanku jika aku keliru.
Aku sangat merasa nyaman dengannnya. Yoga menjanjikan sesuatu yang lebih indah dari sekadar pernyataan cinta. Yoga akan melamarku jika aku lulus kuliah nanti. Aku percaya padanya, akan aku jaga cinta ini. Dengan penuh semangat, akan aku selesaikan kuliahku secepat mungkin, agar aku segera menjadi miliknya.
I Love You Pak Guru.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H