Mohon tunggu...
Diantika IE
Diantika IE Mohon Tunggu... Freelancer - Freelancer

Penulis, Blogger, Guru, Alumnus Pascasarjana UIN Sunan Gunung Djati Bandung, Menulis di Blog Pribadi https://ruangpena.id/

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Cerpen | Tiga Buah Permen untuk Arsa

1 Mei 2020   11:59 Diperbarui: 1 Mei 2020   12:24 245
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Gadis itu tampak anggun. Ketika tak sengaja pandangan mereka beradu, deg! Ada getaran hebat dalam dada Arsa. Membuat dia merasa gugup dibuatnya. Degup jantungnya mengencang, berpacu dengan gemercik air hujan di luar ruangan.

Hujan mulai mengecil. Beberapa rekan pamit pulang memaksa menembus derai hujan, rela berbasah-basahan. Ada juga yang sudah dijemput pasangannya, pacar, suami, bahkan dijemput sopir pribadi.

Ruangan kerja yang semula ramai dengan percakapan tentang berbagai hal, kini lengang, sepi, Hanya gemericik hujan yang terdengar dan embus angin yang dingin dari arah jendela. Di ruangan itu hanya ada empat orang. Bu Irna yang sejak tadi tampak mengantuk membenahi diri di meja kerjanya, siap-siap tidur sejenak sambil menunggu jemputan suaminya. Sedangkan Tedi asik dengan komputernya, memainkan game kesukannya. Arsa kembali konsentrasi ke meja kerjanya, membereskan beberapa arsip, sesaat kemudian tangannya iseng memainkan telefon genggam.

Allina menghampiri, dengan wajah penuh keraguan, seolah bertanya, bolehkan aku mendekat?. Arsa membetulkan duduknya, mempersilahkan Allina duduk di hadapannya. Dadanya kembali berdebar. Allina memulai pembicaraan.

"Ar... boleh Al curhat?"
Seraya tersenyum Arsa menjawab lembut "Boleh dong All... telingaku selalu siap mendengarkan". Allina memulai cerita.

"Ar... akhir-akhir ini All risih dengan yang namanya Pak Samsul, dari divisi sebelah. Kamu tahu kan Ar...? Dia kan sudah punya istri, masa bulan lalu dia bilang suka sama aku... serem kan...?"

Ada pukulan keras menghantam dada Arsa. Ternyata bukan hanya dirinya yang menyukai Allina.

"Belum lagi Atar, dan Harry yang minggu lalu menyatakan cinta lewat bunga di halte bus. Mereka kayak janjian loh Ar... dan bersaing ngedapetin aku. Aku bingung Ar... harus gimana. Aku udah tolak mereka secara halus, dan bilang kalau aku sudah punya pacar, Tapi mereka semua tak patah arang. Malah semakin semangat mencuri perhatianku. Barusan aja Pak samsul menawarkan jasa mengantarkan aku pulang Ar... Makanya aku belum berani keluar dari sini."

Arsa mencoba tenang. Lalu bergumam "Berarti selain pacar kamu ada empat orang yang juga mengharapkan kasih sayang kamu All...".

Dahi Allina mengernyit "Empat Ar...? Tiga lah..."

Arsa kini tertawa lepas, lalu memasang jari tangannya "Lihat Allina yang manis, kita hitung ya, tadi kamu bilang Pak Samsul, Atar, dan Harry, suka sama kamu".

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun