"Nolly, aku memang tidak tahu apa-apa soal cinta seperti yang kamu maksud. Karena aku tidak pernah pacaran. Namun jika aku diizinkan mengungkapkan cinta kepada seseorang yang selama ini aku cintai, maka aku berjanji, tidak akan menyia-nyiakan dia. Jangankan menduakannya, meyakiti hatinya saja tak akan tega aku melakukannya,"
Kalimat itu terlontar begitu saja.
Nolly tertegun
"Maksud kamu apa? Kamu tuduh Dirga selingkuhi aku? Dia setia kok, Cuma sikapnya aja egois," Nolly bersungut-sungut.Â
Gandi tidak habis pikir, mengapa perempuan itu masih saja membela lelaki yang sudah menyakitinya.
Inilah saatnya untuk berhenti berharap kepada Nolly, batinnya. Tiba-tiba kesadarn itu muncul.
"Baik, Nolly, lakukan apapun yang kamu suka. Aku tidak akan lagi mencampurinya,"
"Ok, memang seharusnya tidak perlu ikut campur!" dengan nada ketus, Nolly membuang muka.
Gandi menghela napas panjang. Rasa sayangnya kepada Nolly semakin bulat. Membiarkannya menjadi apa yang dia mau, mungkin akan membuatnya jauh lebih bahagia. Daripada ia mengungkapkan perasaan yang selama ini telah lama ia pendam.
**
Hari berganti, keduanya lulus kuliah. Gandi tidak lagi menemui Nolly sperti dulu. Ia lebih menjaga jarak dan larut dalam kesibukan barunya.