Mohon tunggu...
Diantika IE
Diantika IE Mohon Tunggu... Freelancer - Freelancer

Penulis, Blogger, Guru, Alumnus Pascasarjana UIN Sunan Gunung Djati Bandung, Menulis di Blog Pribadi https://ruangpena.id/

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Cerpen | Kekasih

6 April 2020   19:31 Diperbarui: 7 April 2020   00:49 386
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Bahu Alia berguncang, ia menangis sesenggukan.

Julian merasa kikuk, beruntung pengunjung kedai tidak banyak saat itu.

"Al, ... aku mohon, maafkan aku. Aku memang tidak siap jika harus meninggalkan istriku. Ini semua demi anak-anakku." Sesaat kemudian Julian meneysal telah melontarkan kalimat itu. Ia sadar, jika itu akhirnya hanya akan memperburuk keadaan perasaan Alia.

"Ok, aku sudah paham." Tangis Alia perlahan mulai mereda.

Bayangan tentang perlakuan ayahnya terhadap sang ibu dulu tergambar semua. Ia melihat sosok sang Ayah pada diri Julian. Lelaki itu telah menyakiti istrinya, dan dirinya sendirilah yang menjadi penyebabnya. Dalam keadaan itu, Alia mulai tidak bisa menerima dirinya sendiri. Kestabilan jiwa Alia yang selama ini terjaga, kembali terganggu.

Istriya Julian di rumah pasti sudah sangat menderita karena mengetahui suaminya selingkuh. Hatinya pasti koyak, sebentar lagi depresi melanda. Batin Alia.

Entah apa yang merasuki hati dan pikiran Alia. Kemudian, "aku tidak akan membiarkan istrimu hidup, atau mati menegak racun karena menahan kecewa terhadapmu Julian,"

"Maksudmu apa?" Julian tidak pernah menyangka jika Alia yang selama ini dikenalinya sebagai perempuan paling santun dan sabar begitu berapi-api.

"Aku tidak mau kecewa. Kamu harus menjadi suamiku. Akan aku bantu istrimu mengakhiri hidupnya secepat mungkin," Kalimatnya terlihat tidak main-main.

Alia beranjak dari tempat duduknya. Julian berusaha menahan.

"Lepaskan aku!" Alia menepis keras tangan kekasihnya. Lalu berlari menembus hujan yang turun semankin deras.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun