Dengan sangat mudah akses pupuk kimia di gerai fisik bahan-bahan pertanian di sekitar tempat tinggal petani. Bermacam-macam merk dan cenderung harganya murah. Dari sisi cara pemakain, petani sangat familiar dengan penggunaan pupuk kimia.
Situasi tersebut merupakan tantangan bahwa petani sangat menerima masuknya pupuk hayati ketika ada sosialisasi dalam kegiatan Pengabdian kepada Masyarakat (PKM) namun terkadang sulit untuk konsisten menngunakan produk yang ditawarkan.Â
Beberapa produk pupuk hayati yang sudah dikomersialisasi sekalipun ketersediaannya tidak sebanyak pupuk kimia sementara kebutuhan petani melebihi yang tersedia.
2. Â Kebiasaan yang sukar berubah terhadap penggunaan pupuk kimia
Masih berkaitan dengan penjelasan sebelumnya, lebih lanjut Prof. Reginawanti menambahkan bahwa telah ada sejak lama sebuah pandangan bahwa pupuk kimia lebih praktis, mudah diperoleh, mudah aplikasinya dan murah.Â
Sehingga pola pemikiran seperti ini seharusnya memerlukan pendekatan-pendekatan persuasif dan pendampingan multibidang seperti pendampingan perilaku keberlanjutan penggunaan pupuk hayati terhadap kepatuhan pola pakai pupuk hayati.
Pada kenyataan di lapangan para petani tidak menolak ketika diajak untuk belajar menggunakan pupuk hayati dan dipaparkan dampak jangka panjang penggunaan pupuk kimia.Â
Meskipun demikian setelah berakhir program pendampingan dapat saja petani kembali menggunakan pupuk kimia dengan pertimbangan akses mendapatkan pupuk kimia lebih mudah, murah dan sebagainya.
3. Â Pabrikasi pupuk hayati (kebijakan penggunaan pupuk hayati)
Pabrikasi pupuk hayati diperkuat dengan langkah awal melakukan sertifikasi terhadap semua pupuk hayati nasional.Â
Dengan ini terdapat tantangan baru untuk melakukan pengujian mendalam kualitas dan sertifikasi produk sehingga lebih banyak lagi pupuk hayati yang beredar dan dengan mudah diakses masyarakat.