Mohon tunggu...
Dianna Firefly
Dianna Firefly Mohon Tunggu... -

Bagi saya menjadi gila adalah sebuah kenikmatan. Dianggap bodoh pun tidak apa-apa, asal anda bisa membuktikan kecerdasan anda di depan saya.\r\nKarena saya akan memberitahu anda beberapa bukti kebodohan dan kegilaan saya setelah itu.\r\n\r\nSaya pikir, saya punya banyak kepribadian karena itu saya bukan orang baik-baik. Berhati-hatilah ketika anda berpikir saya lugu dan apa adanya. Sebenarnya saya bodoh dan gila.\r\n\r\nSebagai bukti agar anda yakin:\r\nSaya pernah menonton film yang sama belasan sampai puluhan kali, kapan pun saya mau misalnya ketika terbangun tengah malam. Saya menikmatinya seperti belum pernah menonton film tersebut. Hanya orang bodoh dan gila atau yang memiliki gejala bodoh dan gila yang bisa seperti ini.\r\n\r\nTolong percaya saya, saya bodoh dan gila. Ini sebagai peringatan awal, kita tidak tahu bila suatu hari saya datang untuk membunuh anda. Bagaimana pun juga saya adalah binatang yang berevolusi. Saya bisa melakukan apa saja diluar kendali, demi kenikmatan diri sendiri. Tolong percaya!\r\n

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Silent Diplomacy Rama Kanjeng Jendral Anumerta a.k.a Mgr. Albertus Soegiyopranoto.SJ

26 Agustus 2011   03:42 Diperbarui: 26 Juni 2015   02:27 1840
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Agresi Belanda I

Malam hari tanggal 21 Juli 1947, hari itu Rama Kanjeng ada di Gereja Purbayan Solo dalam rangka menjalani retret pribadi, suara sirine meraung dimana-mana, jam malam mulai diberlakukan.

Terdengar bahwa Belanda sudah menduduki banyak kota, korban-korban berjatuhan.

Suasana yang makin genting ini membuat kementrian penerangan dan Rama Kanjeng untuk membuat pidato diplomasi yang disiarkan melalui Radio RRI Surakarta yang dibacakan pada tanggal 1 Agustus 1947, di RRI Surakarta pada pukul 20.00 malam.

Pada kesempatan pidato itu Rama Kanjeng juga membacakannya dalam bahasa Indonesia dan bahasa Belanda.

Isi pidato itu adalah:


  1. Desakan untuk gencatan senjata demi kehormatan kedua belah pihak.
  2. Pernyataan sikap umat Katolik di Indonesia yang akan berpihak dan berjuang bersama seluruh rakyat Indonesia untuk mencapai kemerdekaan dan kesejahteraan masyarakat.
  3. Pidato ini juga ditujukan untuk umat Katolik Belanda yang seharusnya berterima kasih atas pembangunan Negeri Belanda diatas penderitaan bangsa Indonesia dan himbauan agar ikut mendukung gerakan kemerdekaan Bangsa Indonesia.


Agresi Belanda II

Usaha-usaha gencatan senjata dilakukan melalui dukungan beberapa negara anggota PBB sampai ditandatanganinya Perjanjian Renville.

Akan tetapi pada  pagi hari pukul 05.30 pada tanggal 19 Desember 1948 kembali Belanda menyerang ibukota Indonesia, yaitu Yogyakarta. Inilah Agresi militer Belanda II dimana Kota Yogyakarta diblokade Presiden  Soekarno dan Wakil Presiden Hatta ditangkap.

Dalam kondisi sulit ini, Rama Kanjeng ikut merawat keluarga Soekarno.

Dan dalam rangka perjuangan bangsa, Rama Kanjeng juga selalu berkontak di Sri Sultan Hamengku Buwono IX memberikan dukungan terhadap perjuangan Sri Sultan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun