Komunikasi yang efektif tidak hanya tentang menyampaikan pesan, tetapi juga tentang memahami konteks dan dinamika sosial.
Artikel ini akan membahas 7 Tradisi yang membentuk pemahaman kita tentang Komunikasi Efektif.
Yuk simak lebih lanjut penjelasannya!
Tradisi 1 : Retorika (Rethorical Tradition)
Tradisi Retorika secara umum didefinisikan sebagai Simbol yang digunakan manusia.
Pada awalnya, ilmu ini berhubungan dengan persuasi, sehingga Retorika adalah Seni Pidato. Kemudian, berkembang sampai meliputi proses "Adjusting Ideas to People and People to Ideas" dalam segala jenis pesan.
Fokus dari Retorika telah diperluas, bahkan lebih mencakup segala cara manusia dalam menggunakan simbol untuk mempengaruhi lingkungan di sekitarnya dan untuk membangun dunia tempat mereka tinggal.
Kelima karya agung ini telah mengalami kesamaan perluasaan. Penemuan sekarang mengacu pada konseptualisasi- proses saat kita menentukan makna dari simbol melalui interprestasi, respon terhadap fakta yang tidak mudah kita temukan pada apa yang telah ada, tetapi menciptakannya melalui penafsiran dari kategori-kategori yang kita gunakan.
Penyusunan adalah pengaturan simbol-simbol, dan konteks yang terkait.
Tanpa mengesampingkan pemilihan simbol dan media. Retorika melibatkan sebuah rhetor atau pengguna simbol yang menciptakan sebuah teks khusus untuk audiensi.
Retorika mempunyai makna yang berbeda dalam periode yang berbeda sehingga menyebabkan kekacauan dalam pemaknaan kata. Beragam kemungkinan dari Tradisi Retorika yaitu ada pada Periode Klasik, Pertengahan, Renaissance, Pencerahan, Kontemporer, dan post-modern.
Tradisi 2 : SosioPsikologis (Socio-Psychological Tradition)
Tradisi Sosiopsikologis merupakan kajian individu sebagai makhluk sosial, memperhatikan kepribadian, sifat, persepsi, serta kognisi. Dalam pandangan Psikologis dikatakan manusia sebagai kesatuan lahiriah dengan karakteristik yang mengarahkannya kepada perilaku mandiri.
Dalam tradisi ini, kebenaran komunikasi dapat ditemukan dengan dapat ditemukan dengan penelitian yang sistematis. Tradisi ini melihat hubungan sebab dan akibat dalam memprediksi berhasil tidaknya perilaku komunikasi.
Tradisi sosio-psikologi adalah jalan untuk menjawab pertanyaan “What can I do to get them change?”Dalam kerangka “Who says what to whom and with what effect”
Dapat dibagi menjadi tiga sebab atau alasan dari variasi persuasif, yaitu:
- Who – sumber dari pesan (keahlian, dapat dipercaya). - What – isi dari pesan (menarik dengan ketakutan, mengundang perbedaan pendapat). - Whom – karakteristik audiens (kepribadian, dapat dikira untuk dipengaruhi)
Tradisi 3 : Kritis (Critical Tradition)
Dalam kajian komunikasi, para ahli Kritik umumnya tertarik dengan bagaimana pesan memperkuat penekanan dalam masyarakat. Meskipun para ahli kritik tertarik pada tindakan sosial,mereka juga fokus pada wacana dan teks-teks yang mempromosikan ideologi-ideologi tertentu, membentuk dan mempertahankan kekuatan, meruntuhkan minat-minat kelompok atau kelas tertentu.
Analisis wacana kritis memperhatikan fitur-fitur aktual dalam teks yang memunculkan rangkaian penekanan tersebut, tanpa memisahkan komunikasi dari faktor lain pada keseluruhan sistem kekuatan yang bersifat menekan.
Tradisi 4 : Sibernetika (Cybernetic Tradition)
Sibernetika (cybernetics) merupakan tradisi sistem-sistem kompleks yang di dalamnya banyak orang saling berinteraksi, memengaruhi satu sama lainnya. Teori-teori dalam tradisi Sibernetika menjelaskan bagaimana proses fisik, biologis, sosial, dan perilaku bekerja.
Sibernetik merupakan bentuk kata serapan dari kata ‘Cybernetic’ yakni sistem kontrol dan komunikasi yang memungkinkan feedback atau umpan balik.
Dalam sibernetika, komunikasi dipahami sebagai sistem bagian-bagian atau variabel-variabel yang saling memengaruhi satu sama lainnya, membentuk, serta mengontrol karakter keseluruhan sistem, dan layaknya organisme, menerima keseimbangan dan perubahan.
Tradisi 5 : Fenomenologi (Phenomenological Tradition)
Tradisi fenomenologi berkosentrasi pada pengalaman pribadi termasuk bagian dari individu-individu yang saling memberikan pengalaman satu sama lainya.
Komunikasi dipandang sebagai proses berbagi pengalaman atau informasi antar individu melalui dialog. Hubungan baik antar individu mendapat kedudukan yang tinggi dalam tradisi ini.
Dalam tradisi ini mengatakan bahwa bahasa adalah mewakili suatu pemaknaan terhadap benda. Jadi, satu kata saja sudah dapat memberikan pemaknaan pada suatu hal yang ingin dimaknai.
Fenomenologi membuat pengalaman nyata sebagai data pokok sebuah realitas. Semua yang dapat Anda ketahui adalah apa yang Anda alami. “Fenomenologi berarti membiarkan segala sesuatu menjadi jelas sebagaimana adanya.”
Tiga Prinsip Dasar Fenomenologi :
•Pertama, pengetahuan ditemukan secara langsung dalam pengalaman sadar kita akan mengetahui dunia ketika kita berhubungan dengannya. •Kedua, makna benda terdiri atas kekuatan benda dalam kehidupan seseorang. •Ketiga, bahasa merupakan kendaraan makna.
Adapun varian dari tradisi Fenomenologi adalah :
1. Fenomena Klasik, percaya pada kebenaran hanya bisa didapatkan melalui pengarahan pengalaman, artinya hanya mempercayai suatu kebenaran dari sudut pandanganya tersendiri atau obyektif.
2. Fenomenologi Persepsi, percaya pada suatu kebenaran bisa didapatkan dari sudut pandang yang berbeda-beda, tidak hanya membatasi fenomenologi pada obyektifitas, atau bisa dikatakan lebih subyektif.
3. Fenomemologi Hermeneutik, percaya pada suatu kebenaran yang ditinjau baik dari aspek obyektifitas maupun subyektifitasnya, dan juga disertai dengan analisis guna menarik suatu kesimpulan.
Tradisi 6 : Semiotik (Semiotic Tradition)
Konsep dasar yang menyatukan tradisi ini adalah tanda yang didefinisikan sebagai stimulus yang menadakan atau menunjukkan beberapa kondisi lain, seperti Ketika asap menandakan adanya api.
Konsep dasar kedua adalah symbol yang biasanya menandakan tanda yang kompleks dengan banyak arti, termasuk arti yang sangat khusus.
Beberapa ahli memberikan perbedaan yang kuat antara tanda dan symbol. Tanda dalam realitasnya memiliki referensi yang jelas terhadap sesuatu, sedangkan symbol tidak.
Para ahli lainnya melihatnya sebagai tingkat-tingkat istilah yang berbeda dalam kategori yang sama. Dengan perhatian pada tanda dan symbol. Semiotic menyatukan kumpulan teori-teori yang sangat luas yang berkaitan dengan bahasa, wacana dan Tindakan-tindakan nonverbal.
Semiotik selalu dibagi ke dalam tiga wilayah kajian yaitu Semantik, Sintaktik dan Pragmatic semantik.
Jenis -jenis semiotik ini antara lain : Semiotik Analitik, Diskriptif, Faunal Zoosemiotic, Kultural, Naratif, Natural, Normatif, Sosial, dan Struktural.
Tradisi 7 : SosioKultural
Pendekatan Sosiokultural terhadap Teori Komunikasi menunjukkan cara pemahaman kita terhadap makna, norma, peran, dan peraturan yang dijalankan secara interaktif dalam komunikasi.
Tradisi ini memilih untuk mengutamakan fokusnya dengan cara memperhatikan segala bentuk interaksi antarmanusia menjadi hal yang utama ketimbang menyaksikan karakteristik individu tersebut.
Tradisi ini memfokuskan diri pada bentuk-bentuk interaksi antar manusia dari pada karakterisitik individu atau model mental. Interaksi merupakan proses dan tempat makna, peran, peraturan, serta nilai budaya yang dijalankan.
Banyak Teori Sosiokultural juga memfokuskan pada bagaimana identitas dibangun melalui interaksi dalam kelompok sosial dan budaya. Identitas menjadi dorongan bagi diri kita sebagai individu dalam peranan sosial, sebagai anggota komunitas, dan sebagai makhluk berbudaya.
Para Ahli Sosiokultural memfokuskan diri pada bagaimana identitas dinegosiasikan dari satu situasi ke situasi lainnya.
Budaya juga dilihat sebagai bagian penting atas apa yang dibuat dalam interaksi sosial. Pada digilirannya, budaya membentuk konteks tindakan dan interpretasi.
Komunikasi merupakan sesuatu yang terjadi di antara manusia, sehingga komunitas dianggap sangat penting dalam banyak teori tersebut.
Tradisi Sosiokultural memiliki beragam sudut pandang yang berpengaruh seperti :
1. Interaksi Simbolis, Berdasarkan pada ide bahwa struktur sosial dan makna diciptakan serta dipelihara dalam interaksi sosial dan paham interaksi simbolis berpengaruh pada tradisi dalam mengeksplorasi hubungan-hubungan sosial.
2. Konstruktivisme Sosial, Bisa juga dikatakan sebagai konstruksi sosial dari sebuah realita yakni mengenai pengetahuan manusia dibentuk melalui interaksi sosial.
3. Sosiolinguisti, Kajian bahasa dan budaya. Ketika kita memberikan dan mentaati perintah, atau menjawab pertanyaan, serta menjelaskan kejadian, kita sudah masuk dalam permainan bahas, kemudian permainan bahasa ini melibatkan sebuah budaya di dalamnya.
Teori-teori sosiokultural memberikan penjelasan dalam banyak konteks komunikasi : Pertama, cara pemahaman kita, makna, norma, peran dan aturan bekerja secara interaktif dalam komunikasi.
Kedua, tradisi ini menjelaskan dunia interaksional, dimana, orang hidup menempatkan ide bahwa realitas bukanlah perangkat objektif dari sebuah aturan di luar kita akan tetapi ini sebuah konstruksi yang dibentuk melalui proses interaksi dalam grup, komunitas dan budaya.
Ketiga, menjelaskan lebih kepada pola interaksi daripada karakterisik indivual ataupun mental models. Dalam hal ini, kata kuncinya interaksi dalam skala mikro, maka yang dibahas bukan model mental tetapi proses interaksi yang dibangun dalam internal individu untuk diagregasi menjadi sebuah interaksi yang lebih besar.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H