Lalu terbayang semua pelajaran yang pernah mas Kukuh pelajari, bahkan terbayang juga posisi guru saat menerangkan pelajaran tersebut. Bayangan itu masih terus berlanjut ketika Mas Kukuh membuka soal yang pertama, bayangan itu seperti sedang mengajar, seperti saat guru BIMBEL Mas Kukuh menjelaskan di depan kelas, dan anehnya bayangan itu datang silih berganti, kadang guru SMA Mas Kukuh, kadang guru BIMBEL, yang di bahas oleh bayangan bayangan itu adalah soal soal yang sedang Mas Kukuh kerjakan.
Bayangan guru guru Mas Kukuh terus ada, seakan akan sedang mengajar di depan kelas dan mengajarkan soal demi soal sampai soal yang terakhir. Ruangan kala itu sepi sekali, rasanya cuma Mas Kukuh sendirian. Mas Kukuh baru sadar ketika bel tanda usai UTUL berdentang. Dan bayangan itu hilang entah kemana. Soal soal sudah Mas Kukuh kerjakan semua.
Pada saat ujian mandiri UNDIP yang hanya selisih beberapa hari, bayangan itu muncul lagi, guru guru Mas Kukuh datang silih berganti, mengulas semua yang pernah Mas Kukuh pelajari, kadang mengingatkan kalau ada rumus yang terlupa...suasananya persis seperti saat UTUL UGM.
Itulah Bapak pengalaman Mas Kukuh yang membuat mas Kukuh di terima di UNDIP, demikian anak saya mengakhiri ceritanya.
Demikianlah mas Azrul, pengalaman anak saya, tulisan Mas Asrul yg selalu saya baca setiap rabu, dan pada rabu ini mengingatkan saya mengenai kisah anak saya. Entah ini WUWEI atau bukan. Tapi bagi saya ini adalah karunia yang luar biasa.
Oh ya sebagai penutup saya informasikan bahwa anak saya tidak jadi kuliah di UNDIP, karena beberapa hari kemudian UGM mengumumkan hasil test UTUL dan anak saya di terima, jadi anak saya di terima di 2 universitas ternama, yaitu UNDIP dan UGM, saat ini anak saya memilih kuliah di UGM Djogjakarta. Terima kasih kepada Tuhan atas semua kemudahan yang di berikan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H