Saya tinggalkan anak saya dalam kondisi badan yg lemah karna kurang tidur, akan tetapi saya melihat semangat yang masih bergelora dari pancaran sinar matanya. Selama semangat masih berkobar, saya tidak terlalu khawatir.
UMB yang di selenggarakan oleh beberapa Universitas adalah kesempatan ke empat bagi anak saya untuk bisa masuk ke Universitas yang di tuju, lokasi test di SMA 31, Matraman – Jakarta. Ada 3 pilihan yang bisa di ikuti. Seperti biasa sebelum ikut test, anak saya selalu telpon ibunya dan meminta doa.
Usaha dan kerja keras sudah di lakukan, namun semua ketentuan di tangan TUHAN, Malang tak dapat di tolak, test kali inipun anak saya GAGAL. Dengan hati yang sedih, saya berdoa kepada TUHAN, semoga kegagalan empat kali berturut turut ini tidak membuat anak saya PUTUS ASA. Habis sudah kesempatan untuk bisa masuk PTN lewat jalur seleksi bersama, satu satunya harapan adalah melalui jalur mandiri, dengan cara mengikuti test dan daftar di kampus masing masing.
Utul (ujian tulis) masuk UGM dan UM (Ujian mandiri ) masuk UNDIP di lakukan hampir bersamaan. Lebih awal UTUL UGM beberapa hari setelah itu baru Ujian mandiri UNDIP, lokasi UTUL UGM di al azhar – jakarta, sedangkan lokasi ujian masuk UNDIP di kampus UNDIP Semarang.
Setelah mengikuti UTUL UGM, Anak saya pun berangkat ke semarang untuk ikut UM UNDIP. Kali ini dia berangkat sendiri. Sedih juga , melihat anak usia 18 Tahun, pergi sendirian ke Semarang, demi untuk meraih cita citanya.
Ujian masuk Universitas Brawijaya di lakukan beberapa hari setelah UM UNDIP, anak saya pergi ke Malang untuk ikut test Mandiri Gelombang I di Universitas Brawijaya. Perjalanan di tempuh naik kereta-sendirian, sampai di malang, segera melakukan pendaftaran di UN Brawijaya dan cari kost kostan buat nginap di sekitar lokasi kampus.
Saya ingat betul saat itu bulan puasa, saya sempat telpon anak saya untuk menanyakan kapan pengumuman masuk UNDIP di umumkan, sekalian juga saya minta nomor ujiannya. Tidak seperti biasanya kalau menjawab telpon, kali ini anak saya menjawab telpon dengan pelan, kalimat keluar satu demi satu dengan tertib, tidak pernah mengulangi kalimat yang di ucapkannya sampai 2 kali. Saya mencatat nomor ujiannya, sambil terheran heran dengan perubahan yang terjadi....ada apa dengan anak saya..? apa yang terjadi...?
Malam itu saya dan istri saya tidak bisa tidur, malam dimana pengumuman hasil test ujian mandiri UNDIP akan di umumkan, tepatnya jam 00:00 WIB, atau jam 01:00 WITA. Saya sudah siap dengan perangkat komputer dan modem.
Tepat jam 01:00 wita saya memasukan nomor ujian anak saya ke kolom penerimaan hasil test ujian mandiri website UNDIP , setelah semua nomor saya masukan maka keluar jawaban “SELAMAT, PESERTA DENGAN NO UJIAN ATAS NAMA KUKUH TRUNA WIJAYA DINYATAKAN LULUS TEST MANDIRI UNIVERSITAS DIPONEGORO PADA BIDANG STUDI ELEKTRONIKA INSTRUMENTASI" , saya seakan tidak percaya, saya ulangi lagi memasukan no ujian anak saya , jawaban sama yang di tampilkan pada layar monitor.
Istri saya masih bersimpuh di atas sajadah, lengkap dengan mukenanya, matanya terpejam, entah sudah berapa rakaat dia shalat sunat, perlahan saya sentuh tangannya “ Bu Anak kita di terima di UNDIP".
Tengah malam itu, tangisan pecah tak terkendali, beban yang menghimpit di dada seorang ibu selama berbulan bulan, ditumpahkan sekaligus dalam bentuk isak dan airmata. Tangis itu begitu keras, sampai sampai istri saya sulit bernafas karenanya, khawatir juga saya melihat kondisi istri saya, berulang ulang saya berusaha menenangkan