Tulisan ini pernah menjadi juara bersama  pada Lomba menulis di harian Jawa Pos.Â
Semoga masih dapat memberi manfaatÂ
================================================Â
Kejadian ini terjadi pada anak sulung saya, anak laki laki satu satunya dalam keluarga saya. Tulisan Mas Azrul mengingatkan saya akan kejadian yang sangat berkesan tersebut, saya tidak tahu apakah ini termasuk WU WEI atau tidak.... tapi yg pasti semua ini adalah karunia Tuhan, yang di dapat setelah menempuh perjuangan yang luar biasa gigih dari si anak serta di iringi doa dari ayah dan ibunya.
Tahun 2013, ketika itu anak sulung saya masih kelas 3 SMA, bercita cita untuk masuk perguruan tinggi ternama. UI, ITB, ITS, Gajah Mada, Brawijaya dan UNDIP, adalah perguruan tinggi yang di tuju, Â perguruan tinggi paling pavorit di Indonesia.
Sejak kelas 2 SMA, anak saya sudah mulai mengikuti BIMBEL, waktu belajarnyapun tidak tanggung tanggung, menyadari bahwa dia tidak pintar, dan berasal dari SMA tidak ternama, di daerah terpencil pula (lombok barat) maka dia menggenjot jam belajarnya, hampir setiap hari dia belajar dari jam 20.00 selepas shalat isya, sampai jam 3.00 dini hari . hal itu dilakukan selama bertahun tahun.
Setelah lulus SMA, SNMPTN (seleksi nasional masuk perguruan tingging negeri) pun di ikuti, 3 PTN  telah di pilih, saat hari pengumuman, pagi sekali anak saya sudah membeli koran, kami meneliti dengan cermat, dan berharap  di terima di PTN yang di tuju. Sampai nomor dan nama terakhir, nama anak saya tidak terdata. Tidak Lulus.... GAGAL masuk SNMPTN.
Saya lihat kekecewaan yang sangat besar pada anak saya, sinar matanya menerawang, tanpa banyak cakap diapun masuk kamar dan mengunci pintu.
Jam 21.00 saya ketuk pintu kamarnya, Â mengajak makan malam dengan menu pavoritnya, sate ayam Madura, saya tawarkan padanya untuk ikut BIMBEL Â yang ada di jakarta, BIMBEL ini saya ketahui dari internet, menurut keterangan BIMBEL ini cukup bagus dan biaya untuk ikut BIMBEL ini juga lumayan mahal. lokasinya didekat Kampus UI
Tawaran saya langsung di terima tanpa pikir panjang lagi. Keinginannya untuk bisa masuk PTN  sangat kuat memotivasi dirinya. Malam itu juga dia berkemas... malam itu juga pesan tiket. Besok pagi  berangkat kejakarta – sendiri.
Pagi pukul 5.00 WITA kami sudah di bandara, sebelum berpisah anak saya mencium tangan dan memohon doa.