Mohon tunggu...
Diana Tutut
Diana Tutut Mohon Tunggu... Petani - Haii

Numpang ngombe

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Sedayu Biru

23 Desember 2017   13:54 Diperbarui: 23 Desember 2017   13:57 573
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Tiba-tiba, Dadang  berjalan kedepan mengendap-endap pelan. Kepalanya menengok ke kanan, ke kiri. Setelah itu dia mengatakan:

"Siti Zulaikah, berada di kota Bali" jawabnya.

" Jadi selama ini kau yang  menyembunyikan?"

"Aku kasihan Fir, dia selalu menelusuri bibir pantai setiap hari. Pernah aku melihatnya sedang  menangis, wajahnya sendu memandangi ke arah pulau merah itu. Suatu hari, dia datang meminta bantuan. Lalu subuh pagi ku sebrangkan  lewat Selat Bali. Ku berikan alamat rumah temanku  agar dia bekerja disana, tinggal sementara" jelasnya

" Antarkan aku sekarang Dang"

" Jangan sekarang Fir, orang-orang akan curiga pada kita. Kau tak takut bapaknya preman? Mau nasipmu seperti Syamsul Bahri" celetus Dadang mengkaitkan kisahku seperti  kekasih Siti Nurbaya.

"Kau mungki tak mempedulikan, tapi bagaimana nasibku" dia mempertimbangkan

"Jadi kapan kita pergi?"

"Esok subuh datanglah di Selat Bali" aku mengangguk

"iya" jawabku singkat.

>>>

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun