Filsafat bahasa biasa adalah salah satu aliran filsafat analitik yang muncul pada abad ke-20. Aliran ini menekankan pentingnya analisis bahasa sehari-hari dalam memahami berbagai konsep dan fenomena. Salah satu tokoh penting dalam filsafat bahasa biasa adalah Gilbert Ryle. Ryle berpendapat bahwa tugas filsafat adalah untuk menganalisis bahasa sehari-hari dan menjernihkan makna dari konsep-konsep yang digunakan dalam bahasa tersebut. Ia mengkritik filsafat tradisional yang menurutnya terlalu abstrak dan tidak memperhatikan konteks penggunaan bahasa.
Pendidikan karakter merupakan salah satu pilar penting dalam pembangunan bangsa. Pendidikan karakter bertujuan untuk membentuk manusia yang berkarakter mulia, yaitu manusia yang memiliki nilai-nilai luhur seperti kejujuran, tanggung jawab, dan kepedulian sosial. Pendidikan karakter di Indonesia telah menjadi salah satu prioritas pemerintah. Hal ini terlihat dari dimasukkannya pendidikan karakter dalam kurikulum pendidikan nasional.Â
Namun, masih banyak tantangan yang dihadapi dalam pelaksanaan pendidikan karakter di Indonesia. Salah satu tantangan yang dihadapi dalam pendidikan karakter adalah terjadinya kesalahpahaman dalam memahami konsep-konsep karakter. Hal ini dapat disebabkan oleh penggunaan bahasa yang tidak tepat dalam menjelaskan konsep-konsep karakter. Dari sinilah muncul pertanyaan penulis tentang bagaimana konsep karakter dan konsep bahasa biasa Gilbert Ryle? serta bagaimana  pendidikan karakter dan filsafat bahasa Gilbert Ryle?
Dalam konteks ini, filsafat bahasa biasa dapat memberikan sumbangsih yang berarti bagi pendidikan karakter di Indonesia. Filsafat bahasa biasa dapat membantu untuk menganalisis bahasa sehari-hari yang digunakan dalam pendidikan karakter.Â
Dengan demikian, dapat dihindari terjadinya kesalahpahaman dalam memahami konsep-konsep karakter. Tujuan dari artikel ini adalah untuk mengkaji hubungan antara filsafat bahasa biasa Gilbert Ryle dengan pendidikan karakter di Indonesia. Artikel ini akan membahas tentang pemikiran Ryle tentang bahasa sehari-hari dan relevansinya dengan pendidikan karakter di Indonesia. Â Â Â
PEMBAHASAN
A. Konsep Karakter dan Konsep Bahasa Biasa Gilbert Ryle
Karakter secara harfiah berasal dari bahasa Latin "charakter", yang antara lain berarti: watak, tabiat, sifat-sifat kejiwaan, budi pekerti, kepribadian atau akhlak. Karakter adalah sifat kejiwaan, akhlak atau budi pekerti yang menjadi ciri khas seseorang atau sekelompok orang. Maka pendidikan karakter dapat diartikan sebagai sebuah system yang menamkan nilai kepada peserta didik, yang mengandung komponen pengetahuan, kesadaran individu, tekad, serta adanya kemauan dan tindakan untuk melakasanakan nilai-nilai, baik terhadap Tuhan, diri sendiri, maupun sesama manusia (Aumillah, 2011: 18).Â
Menurut Tazkiroatun Musfiroh, karakter mengacu pada serangkaian sikap (attitudes), perilaku (behaviors), motivasi (motivations) dan keterampilan (skills). Dalam KBBI, karakter diartikan sebagai tabiat, sifat-sifat kejiwaan, akhlaq atau budi pekerti yang membedakan seseorang dengan lainya, dan dapat pula diartikan watak. Karakter dalam bahasa Indonesia adalah sebuah kata benda (Tim Penyusun Pusat Bahasa, 2008: 628), dengan demikiran kata karakter ini harus dibikin menjadi kata kerja agar operasionalisasi analisis menggunakan konsep-konsep Gilbert Ryle bisa dilanjutkan. Kata karakter harus diubah menjadi kata kerja, yakni berkarakter.Â
Dalam analisis Ryle, harus dibedakan antara pernyataan yang menunjukkan suatu pencapaian (achievement atau success statements) dan pernyataan yang menunjukkan suatu tugas (task statements) (Ryle, 2009a: 131). Pembedaan task dan achievement stantements serta occasional/episodic dan dispositional statements bukanlah klasifikasi linguistik semata. Gilbert Ryle melakukan pembedaan ini setelah menganalisis konsep-konsep aktivitas mental dalam penggunaannya sehari-hari.
Menganalisis kata berkarakter dengan menggunakan pembedaan harus dilakukan dalam penggunaannya sehari-hari, bukan sebagaimana terdapat dalam kamus atau tata aturan linguistik bahasa. Pertama, kata berkarakter dalam pernyataan "anak itu berkarakter buruk" apakah pernyataan okasional (occasional statement) ataukah disposisional (dispositional statement)? Kenyataannya, kata kerja berkarakter dalam penggunaannya yang sehari-hari tidak menunjukkan suatu tindakan konkret tertentu. Singkatnya, pengertian pernyataan "anak itu berkarakter buruk" berarti anak itu tidak bertindak religius, suka berbohong, bersikap intoleran terhadap minoritas, pemalas, dan seterusnya.