Mohon tunggu...
Diana Kusumaningsih
Diana Kusumaningsih Mohon Tunggu... Mahasiswa - Pelajar/Mahasiswa Mercu Buana

Nama: Diana Kusumaningsih NIM: 41521010124 Fakultas: Ilmu Komputer Dosen: Prof Dr Apollo, M.Si.Ak,CA,CIBV,CIBV, CIBG Universitas Mercu Buana

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Panopticon Jeremy Bentham dan Kejahatan Giddens Anthony

30 Mei 2023   14:43 Diperbarui: 30 Mei 2023   14:48 625
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

C. Bagaimana Panopticon Berfungsi?

Panopticon adalah sebuah konsep yang diperkenalkan oleh filsuf Inggris Jeremy Bentham pada abad ke-18. Konsep ini merujuk pada sebuah penjara atau lembaga pengawasan yang didesain untuk menciptakan pengawasan yang efisien dan efektif terhadap para narapidana atau individu yang diawasi. Panopticon menggunakan prinsip pengawasan yang terus-menerus dengan tujuan menghasilkan pengendalian dan pemantauan yang optimal. Berikut ini adalah penjelasan mengenai bagaimana Panopticon berfungsi:

1. Peran sentral "pengintai" dalam Panopticon:
Sentral dalam konsep Panopticon adalah keberadaan "pengintai" atau penjaga yang dapat memantau para narapidana atau individu yang diawasi secara terus-menerus. Pengintai ini berada di pusat struktur pengawasan yang berbentuk melingkar atau berbentuk silinder dengan jendela-jendela menghadap ke dalam. Dengan posisi ini, pengintai dapat melihat setiap ruang individu tanpa diketahui apakah mereka sedang diamati atau tidak. Keberadaan pengintai ini menciptakan rasa ketidakpastian dan kecemasan pada orang-orang yang diawasi, karena mereka tidak tahu kapan mereka sedang diamati.

2. Mekanisme pengawasan melalui desain arsitektur:
Desain arsitektur Panopticon memainkan peran penting dalam menciptakan pengawasan yang efektif. Seluruh struktur diposisikan dengan sangat hati-hati agar memungkinkan pandangan pengintai mencakup semua area yang diawasi. Ruangan individu, seperti sel penjara, biasanya berada di sekitar dinding luar, sementara pengintai berada di pusat. Jendela-jendela yang menghadap ke dalam memungkinkan pengintai untuk mengawasi setiap sudut ruangan tanpa harus berpindah tempat.

Selain itu, pencahayaan juga memainkan peran penting dalam desain Panopticon. Pencahayaan yang cerah dan seragam memastikan bahwa setiap detail individu yang diawasi dapat terlihat dengan jelas. Hal ini menciptakan perasaan terpapar dan menghilangkan rasa privasi bagi mereka yang diawasi.

3. Pengaruh psikologis terhadap orang yang diawasi:
Pengawasan terus-menerus dalam Panopticon memiliki pengaruh psikologis yang kuat terhadap individu yang diawasi. Karena mereka tidak pernah tahu kapan mereka sedang diamati, orang yang diawasi akan merasa selalu terpantau dan terkendali. Hal ini menciptakan rasa perasaan terjaga dan disiplin yang konstan. Mereka menginternalisasi ekspektasi pengawasan dan menjaga perilaku mereka agar sesuai dengan norma-norma yang ditetapkan.

 D. Studi Kasus: Penggunaan Panopticon dalam Sistem Penjara


1. Penerapan Panopticon di sistem penjara modern:
   Meskipun desain fisik Panopticon dalam bentuk yang tepat tidak banyak diimplementasikan dalam sistem penjara modern, konsep pengawasan dan pengendalian yang dikemukakan oleh Panopticon tetap relevan. Sistem penjara modern menggunakan teknologi seperti kamera pengawas, sensor gerakan, dan sistem pemantauan elektronik untuk mencapai efek yang serupa dengan konsep Panopticon. Dalam penjara modern, pengawasan dilakukan secara terus-menerus, baik melalui pengawasan langsung oleh petugas penjara maupun melalui teknologi pengawasan.

2. Keuntungan dan kelemahan penggunaan Panopticon di penjara:
   a. Keuntungan: Penggunaan konsep Panopticon dalam penjara dapat memberikan keuntungan dalam pengawasan yang efisien, pengendalian populasi narapidana yang lebih baik, dan potensi peningkatan keamanan. Dalam sistem Panopticon, narapidana cenderung memperbaiki perilaku mereka karena mereka selalu merasa terawasi.
   b. Kelemahan: Penggunaan Panopticon juga memiliki kelemahan. Narapidana mungkin mengalami tekanan psikologis yang tinggi karena perasaan terus-menerus diawasi dan kurangnya privasi. Selain itu, penggunaan Panopticon juga memunculkan kekhawatiran tentang penyalahgunaan kekuasaan dan pelanggaran privasi individu.

3. Dampak psikologis pada narapidana dan petugas penjara:
   a. Narapidana: Penggunaan Panopticon dapat memiliki dampak psikologis yang signifikan pada narapidana. Mereka mungkin mengalami tekanan mental, perasaan terancam, dan kehilangan privasi. Dalam beberapa kasus, ini dapat menyebabkan masalah kesehatan mental atau memperburuk kondisi yang sudah ada.
   b. Petugas penjara: Petugas penjara juga dapat terpengaruh secara psikologis oleh penggunaan Panopticon. Tugas mereka untuk mengawasi narapidana secara terus-menerus dapat menciptakan beban emosional dan stres. Mereka juga perlu mempertimbangkan etika pengawasan dan privasi narapidana.

4. Diskusi tentang etika dan privasi dalam penggunaan Panopticon di penjara:
   Penggunaan Panopticon dalam sistem penjara mengundang diskusi yang luas tentang etika dan privasi. Pengawasan yang terus-menerus dan kurangnya privasi dapat dianggap sebagai pelanggaran hak asasi manusia dan privasi individu. Penyalahgunaan kekuasaan oleh petugas penjara atau penyalahgunaan data yang dikumpulkan juga merupakan masalah etis yang perlu dipertimbangkan. Dalam menyusun kebijakan pengawasan penjara, penting untuk mempertimbangkan keseimbangan antara keamanan, rehabilitasi, dan hak asasi individu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
  12. 12
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun