Aku menggeleng-gelengkan kepalanya, sambil tersenyum. "Sudah tidak sanggup Pak, kami sudah melakukan itu selama hampir delapan bulan ini. Dan itulah kenapa saya mengajukan pengunduran diri." kataku akhirnya.
"Baik kita akan bahas lebih lanjut kalau begitu.." kata pejabat PM akhirnya.
"Baik Pak." kataku masih sambil menunduk tanpa ekspresi, tapi di dalam hati tersenyum. Karena tidak ada kata-kata penutup tambahan, berarti pengajuan pengunduran diriku untuk sementara diterima, dan itulah kesimpulanku.
"Baik, kami diskusikan dulu dengan tim kurikulum, bendahara sekolah, dan yang lain."
*
Hari Jumat, tiga minggu setelah hari penghakimanku, dan aku menyimpulkan sendiri pengunduran diriku diterima, pagi hari, sekitar pukul 09.00 ini, aku, Halima, Nisa, Dinda, dan Wilis memutuskan reuni dengan cara mengunjungi Liyana di rumahnya.
Nisa menyetir mobilnya di depan. Disampingnya ada Dinda. Sedangkan di belakang ada aku, Wilis, dan Halima.
"Ah...lama aku tidak melihat matahari secerah ini, dan pepohonan nampak hijau sesegar ini." kataku sambil melihat keluar jendela mobil, melihat ke berbaris-baris pohon jati yang sudah menjulang tinggi, rimbun, di kiri dan kanan jalan yang kami lalui.
"Hmm..sok puitis dia!" kata Dinda.
Nisa melihatku melalui kaca spionnya. "Agaknya Mba Alia lagi senang hatinya hari ini!" kata Alia sambil tersenyum.
Wilis ikut tersenyum, sedangkan Dinda dan Halima hanya tersenyum masam.Â