Mohon tunggu...
Diana NovitaPermataSari
Diana NovitaPermataSari Mohon Tunggu... Guru - Guru/Pendidik

Menjadi pendidik di salah satu sekolah menengah kejuruan Negeri. Hobi utama membaca, sekarang sedang giat berlatih menulis, dan sangat suka jalan-jalan, kadang kulineran, dan kopi

Selanjutnya

Tutup

Cerbung

Serial Geng Kopi Dalgona #10

14 Juli 2023   12:13 Diperbarui: 14 Juli 2023   12:22 132
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerbung. Sumber ilustrasi: pixabay.com/Yuri B

"Kesulitannya bukan karena memasarkan produk, tapi justru karena memenuhi permintaan pasar. Produk sudah kami titipkan ke toko-toko rekanan. Dan sekarang sudah ada enam toko rekanan. Tapi baru enam itupun kami kewalahan produksi. Belum lagi pembeli dari luar toko. Belum lagi produksi untuk tamu kunjungan dan pameran. Padahal itu sudah siswa yang mengerjakan. Dan siswa yang mengerjakan itu pun sampai tertinggal materinya." terangku, diulang lagi.

"Kalau begitu digilir saja siswa yang berproduksi, Bu Alia." kata pejabat PM lagi.

"Sudah Bapak, saya sudah menggilir siswa tersebut. Bahkan kelas XI, masing-masing kelas sudah dapat giliran hampir delapan kali. Kelas XII masing-masing sudah dapat giliran hampir lima kali. Dan kelas X, siswa baru, yang sebenarnya belum bisa diminta produksi, karena belum diberi teori tentang produksi, juga sudah digilir." terangku.

Pejabat PM diam sejenak, seolah memikirkan sesuatu.

"Dan ini, membuat saya tidak tega lagi menggilir mereka. Mereka juga sudah tidak mau, pokoknya apa ya bahasanya Pak..sudah eneg.. kalau diminta produksi lagi. Dan yang pasti mereka ketinggalan materi." terangku lagi.

"Sudah jenuh." kata pejabat PM, berusaha membantuku mencari kata-kata yang tepat.

"Betul itu Pak." kataku sudah cukup senang, meskipun hanya dibantu mencari kata-kata yang tepat. Dan rasa tegang dan gugup di dalam diriku pun mulai mencair. 

Aku melanjutkan kata-kataku lagi, meskipun aku sering menunduk, agar aku tetap tenang dan suaraku tidak terlalu bergetar, "Itulah kenapa kami sebenarnya butuh karyawan khusus atau mesin pembuat jenang, untuk mengejar produksi. Karena saya sendiri juga sebenarnya sudah sering lembur di rumah Pak, bahkan liburan Sabtu-Minggu di rumah, saya gunakan untuk produksi jenang, untuk memenuhi permintaan toko-toko rekanan tersebut." kataku lagi. 

Dan sudah begitu, tidak dibayar lagi! lanjutku dalam hati.

"Sebenarnya yang dimaksud ketinggalan materi itu seperti apa ya, Bu? Bukankah pelajaran produksi dan kewirausahaan termasuk materi di sekolah. Bukankah adanya UP itu justru siswa dapat keuntungan langsung. Karena dia belajar langsung seperti layaknya kerja di industri?" tanya PM lagi.

"Memang benar Pak. Tapi, bagaimana saya menjelaskannya ya..?" tanyaku sambil menunduk lagi mencari kata-kata yang tepat. "Jenis makanan yang diproduksi adalah jenang. Dan jenang itu masuk dalam mata pelajaran Olahan Nabati atau Tumbuhan. Sedangkan masih banyak materi pelajaran yang lain, seperti Olahan Hewani, Olahan Jamu Herbal, dan lain-lain. Nah, materi-materi pelajaran itulah yang tertinggal, akibat jamnya sering dipakai untuk produksi jenang." Terangku lagi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerbung Selengkapnya
Lihat Cerbung Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun