Itu tidak masalah bagiku. Eh, walaupun kadang ya bermasalah ding hehe...! Aku sering pulang telat, dan suamiku komplain, anak tidak keurus, katanya.
Tapi ada satu hal yang membuatku benar-benar berpikir aku diperlakukan tidak adil, yaitu saat persiapan pendaftaran tefa itu.Â
Jadi untuk mendaftar dan mengajukan tefa ini, kan kami dibentuk tim ya. Ada sekitar tujuh orang di tim tersebut, yang isinya para pejabat. Ada grup WhatsApp khusus juga yang khusus mengurus pendaftaran tefa.Â
Dan tefa itu berkaitan dengan UP yang sedang diusahakan atau dijalankan selama ini.Â
Di pendaftaran tefa itu, ada sekitar 40 tugas dan pertanyaan yang harus dijawab dan dikerjakan. Nah, tugas itu sebagaian besar otomatis sudah dikerjakan olehku, karena memang berkaitan UP itu tadi. Contohnya, apakah sudah memproduksi sebuah produk yang layak pasar? Apa nama produknya? Mana buktinya?
Apakah sudah punya toko rekanan? Mana buktinya? Toko apa saja? Alamatnya dimana?
Apakah sudah ada pencatatan keuangan? Mana buktinya?
Intinya sepertinya itu lah ya..." kataku lagi.
"Ya itu emang pekerjaan kamu sih Alia." kata Halima memotongku. "Memang kamu yang tahu, karena kamu yang mengerjakan, dan si bos berdua itu tidak mau tahu, karena tidak mau membantu!" kata Halima lagi.
"Nah itu benar." jawabku
"Tapi ada lagi pertanyaan yang belum ada jawabannya dan perlu dikerjakan saat itu juga. Contoh membuat video produksi.Â