"Iya, Mba, betul banget!" kata Nisa.
"Ooh...gitu ya...Kok bisa gitu ya..?" tanya Liyana, yang seperti tidak habis pikir, sambil bekerja. "Aku sempat main ke sekolah baruku, beberapa kali untuk mengurus berkas, tapi di sana diam saja, ya sadar diri, orang baru." kata Liyana lagi.
Tidak tidak yang menanggapi, ruangan hening sejenak.
"Tapi itu semua masih bisa kuterima sih Nis, yang tidak bisa kuterima kalau mereka cara kerjanya sudah ketularan bos."
"Iya, gimana?" tanya Halima.
"Kalian adalah saksi aku bekerja dobel-dobel seperti ini kan ya. Kalian bikin nilai, aku masih ngerjain UP. Kalian pulang, aku masih menemani anak untuk produksi. Bahkan saat libur pun, kalian libur, aku masuk untuk menemani anak produksi. Tidak digaji lagi." jawabku.
"Ya.." kata Liyana. Semua orang sekarang tertarik mendengar ceritaku.
"Nah, semenjak kalian sudah mulai sering izin untuk mengurus pemberkasan ini dan itu untuk PPPK, sebenernya masih banyak pekerjaan di tim kita ini.Â
Pengiriman produk ke toko-toko rekanan jalan terus. Persiapan lomba untuk tahun depan, yang bermasalah, juga jalan. Persiapan pendaftaran teaching factory atau tefa. Dan lain-lain. Hingga terakhir adalah persiapan pameran enam hari di kecamatan." kataku.
"Ya..biasalah ya..kalau ada tugas melimpah seperti itu, bos pasang aksi cuek dan tidak mau tahu. Intinya cukup mengatakan, 'Tidak bisa, tidak ada tenaga, titik'.
Dan sekolah pun seperti biasa, lalu akan menghubungiku untuk mengerjakan program-program tersebut.