"Hemm. Tipe pekerja kantoran lah!" kataku lagi.
"Waduh, waduh, ingat suami Mba!" kata Nisa lagi.
"Biarin Nis, dia cuma mengalihkan pembicaraan!" kata Dinda lagi tapi masih merebahkan badannya.
"Oh ya?" tanya Nisa sambil menatap Dinda sambil tersenyum.
"Iyalah! Dia kan pejabat sekarang. Oh ya, pas rapat kemarin kamu juga dicari pemimpin sekolah lho, Alia. Biasa mau dipamerkan ke peserta rapat!" kata Dinda lagi.
"Oh ya, terus gimana?" tanyaku sambil tersenyum menetap Dinda, karena dari tadi dia bicara, tapi dia tetap merebahkan badannya di meja kerjanya Liyana.
"Ya sudah, gitu saja." kata Dinda lagi.
"Aku tidak terbiasa jadi orang penting sih ya..." kataku nyengir, asam.
"Yah, nikmatilah!" kata Dinda lagi. "Kamu kemarin juga diajak study banding ke luar kota kan, hari Sabtu-Minggu?" tanya Dinda lagi yang masih sambil merebahkan badannya, tapi seolah-olah tahu segalanya.
"Iyaa..." kataku.
"Siapa saja yang diajak?" tanya Dinda lagi.