"Masa, Alia? Ada yang memfitnah kamu seperti itu?" Tanya Halima.
"Iya benar." Jawabku
"Kok kamu bisa tahu?" Tanya Liyana lagi.
"Pemimpin sekolah yang konfirmasi langsung ke aku. Beliau menanyakan, 'Apa benar aku menjual produk yang dibuat dan dibiayai oleh sekolah untuk kepentingan pribadi? Bukankah itu milik sekolah?'
Aku kaget kan ya. Jujur campur marah. Apa lagi ini, pikirku kan?Â
Tapi setelah tenang baru kujawab, 'Maksud menjual produk milik sekolah apa ya Pak? Tentu saja saya tidak akan berani melakukan hal itu.'
Lalu kujawab lagi, 'Dan yang dimaksud dibiayai sekolah, mohon maaf, untuk biaya pembuatan jenang saya hanya habis kurang lebih Rp 300.000,- dan itupun masih sisa bahan di freezer', gitu.Â
Kan aku khawatirnya pemimpin sekolah tahunya aku terima uang sampai Rp 2.000.000,- misalnya, hasil bagi hasil pinjaman ke sekolah itu ya."
"Ya betul." Kata Liyana. "Terus pemimpin sekolah bilang apa?"
"'Baik, trima kasih konfirmasinya.' hanya itu saja."
Liyana mengamatiku, mau mengatakan sesuatu, namun akhirnya tidak jadi, hanya menghembuskan nafas panjang.