Tapi, tadi pagi kukonfirmasi bos, Pak Ahmad telepon dia atau tidak, bos jawabnya tidak.
Bos juga sempat tanya 'Ada apa?'
Kujelaskan kalau ada wali siswa yang bertanya siapa yang mengkoordinir penjualan PKLÂ
Terus bos bilang lagi, 'Tidak, Pak Ahmad tidak menghubungi.'
Langsung saja aku to the point mengatakan. Mungkin wali siswa ada yang keberatan mengenai jualan hasil PKL.
Aku juga tanya bos, bos meminta siswa untuk jualan seminggu berapa kali.Â
Bos menyampaikan hal yang sama, hampir dua kali dalam seminggu.
Sekali jualan bawa produk sekitar 5-6 bungkus, dengan harga perbungkus Rp 10.000,- sampai Rp12.000,-
Terus aku bilang
'Berarti perminggu persiswa jualan sekitar Rp 120.000. Sebulan Rp 480.000,- Apa tidak memberatkan siswa? Ini lagi COVID lho, banyak orang tua mereka yang tidak bekerja dan tidak berpenghasilan. Jangankan orang tua mereka, aku saja, yang guru honorer, keberatan kalau harus membayar produk sebesar itu.' kataku.
Tapi bos bilang lagi, 'Tapi kan saya pesannya dijual, bukan dibeli sendiri.'