"Dih, kok aku Mba?" Tanya Tika sambil menatap Halima, pura-pura tidak terima.
"Ya iyalah, kamu kan yang paling junior, jadi kamu yang traktir. Lagipula kamu itu kaya musafir, jarang di tempat. Jadi pumpung ini ada ditempat, gantian kamu yang traktir!" Kata Halima lagi.
Aku dan Liyana terbius melihat perdebatan mereka.
"Dih!" Kata Tika sambil ngecek isi dompetnya.
"Buruan, buat ngedengerin cerita menarik ini!" Kata Halima lagi sambil tertawa.
"Iya, iya..!" Kata Tika. Lalu Tika terlihat mulai mengetikkan pesannya di layar ponselnya. Mungkin memesan kopi.
"Ayo dong Liyana, cerita!" Kata Halima lagi.
Aku nyengir, lalu mulai cerita. "Iya, aku kan pernah kasih masukan. Kalau meminta siswa untuk latihan berjualan, sebaiknya kita juga mengarahkan dan memfasilitasi siswa untuk jualan dimana. Misal, kita ajari mereka julan secara online di toko-toko online. Atau kita ajak mereka menitipkan produk di warung atau toko-toko atau kantin. Atau diarahkan berjualan ke sekolah lain, ke puskesmas, atau ke instansi lain. Atau kalaupun mereka harus berjualan langsung ke pelanggan, ya sampaikan cara-caranya dan sampaikan juga ke mereka agar mereka jangan ambil jalan pintas yang akhirnya meminta orang tua mereka sendiri untuk membeli produk tersebut, intinya gitu lah.Â
Eh, malah, saya dilaporkan ke pemimpin sekolah, katanya, 'Alia tidak mau jadi pembimbing PKL di sekolah.', gitu." Terangku.
"Lah, kok meleset jauh ya? Yang disarankan apa, yang dilaporkan apa?" Kata Halima.
"Hehe..biasa itu mah! "Kata Tika.