Janjimu pelan pelan akan menelanmu
Ini mosi tidak percaya, jangan anggap kami tak berdaya
 Ini mosi tidak percaya, kami tak mau lagi diperdaya
Tutur lokusioner Cholil sangat tegas, penuh arti dan makna. Ada distrust antara rakyat dan penguasa. Tidak seperti politisi, lawyer, Entrepreneur, dst yang memainkan metafor tutur ilokusioner dan perlokusioner. Ada tutur ilokusi yang disembunyikan penguasa, adapula tutur perlokusi yang diobral pemerintah. ERK melihat ada keterbalikan antara janji dan realitas.
Selang tujuh tahun kemudian tepatnya 2015, ERK comeback mengeluarkan album 3 nya yang bertajuk sinestesia dengan tema-tema lagu yang sama yang dianggap belum rampung. Stuck in the moment ERK terjadi karena sang vokalis Cholil melanjutkan kuliah di New York AS. Sebenarnya Cholil tidak ada niat untuk kuliah lagi apalagi di AS, tapi karena Istrinya (Irma) mendapat beasiswa Master dan lanjut Doktoral di Columbia University New York mau tak mau Cholil juga harus ikut menemani. Cholil pun membawa anaknya ikut ke New York.
Sesampainya di New York, Cholil iseng-iseng mendaftar di salah satu Universitas di New York dengan mengambil master sosiologi, eh ternyata keterima. Ia pun pulang ke Indonesia untuk mencari uang tambahan karena uang yang ada dianggap tidak cukup. Sesampai di Indonesia, sembari ngamen-ngamen, Cholil bersama ERK sempat melanjutkan proyek album ke-3 nya berjudul Sinestesia yang lama terhenti. Hanya beberapa bulan di Jakarta setelah album ke-3, rampung, Cholil kembali ke New York untuk mendaftar ulang di universitas tersebut dengan melengkapi segala persyaratan dan pembayaran kuliah. Merekapun berkumpul bersama. Satu bulan kuliah, Cholil merasa tidak cocok dengan jurusannya sosiologi. Iapun pindah jurusan dan memilih art and politic . Akhirnya ia meyelesaikan studinya pada art and politic dengan predikat suma cumlaude.
Agak unik juga sebenarnya dalam album sinestesia melihat judul-judul yang terbagi menjadi sub-sub judul yaitu Merah (politik, lara dimana-mana, Ada Ada Saja), Biru, (pasar bisa diciptakan, cipta bisa dipasarkan), jingga (hilang, nyala tak terperi, cahaya, ayo berdansa (Instrumental), Hijau (Keracunan Omong Kosong, Cara Pengolahan Sampah), Putih (Tiada, Ada, dan kuning (Keberagamaan, Keberagaman, Leleng (Instrumental Suku Dayak Kenyah, Samarinda).
Yang sedang jadi perbincangan dikalangan kaum milenial adalah lagu biru "pasar bisa diciptakan dan cipta bisa dipasarkan". Point statement dari lagu ini adalah genre alternative rock indie band bisa membuktikan cipta karya adalah suatu hal yang fundamental terhadap trend pasar. Indie band bergenre folks, pop, alterntif rock mampu memiliki pangsa pasar yang jelas di Indonesia. ERK masih bisa produktif bersaing dengan pemusik-pemusik tanah air yang lebih banyak melihat dan mengutamakan keuntungan.
Ada juga judul yang menarik dari album ini yaitu kuning "keberagamaan dan keberagaman". Lagu ini mengungkapkan tentang makna intoleransi yang terjadi sampai saat ini. Intoleransi terjadi ketika isu SARA selalu menjadi hal yang sensitif bila dikaitkan dengan isu politik. SARA sebagai representasi dari norma-norma kehidupan berbangsa tidak bisa dipisah dengan isu politik yang sedang terjadi. Untuk memisahkannya maka harus ada norma-norma hukum yang jelas dan mengikat.
Kini, ERK mengeluarkan album ke-4  yang bertajuk judul  "Jalan 63". "Jalan Enam Tiga" terinspirasi dari kisah film serial jadul American television series sesame street yang ada di Road Sixty Three kota New York. Icon terkenal dari serial ini adalah mupet yang dibuat Jim Henson. Sesame Street menjadi acara national education television di Amerika Serikat. Cholil coba mengangkat sesame street kedalam lagu yang menjadi konten pendidikan.Â
Cholil sebagai vokalis ERK juga berkolaborasi dengan Band Indie Fajar merah yang tidak lain adalah anak dari Widji Thukul seorang aktivis yang hilang sampai saat ini sejak tahun 1998. Debut awal kolaborasi laris manisnya adalah Bunga dan Tembok yang sampai saat ini menjadi simbol pergerakan aksi mahasiswa. Satire lirik lagu merupakan adopsi dari puisi Widji Tukul seperti ini:
Seumpama bunga
 Kami adalah yang tak kau hendaki tumbuh
 Seumpama bunga
 Kami adalah yang tak kau hendaki adanya