Diudara adalah sebuah lagu fenomenal yang sampai detik ini belum terungkap siapa pelaku yang sebenarnya dari tindakan kritis politis pada pegiat HAM Indonesia Munir Said Thalib. Sebagai informasi bahwa Munir yang kita kenal adalah Direktur Eksekutif Lembaga Pemantau HAM Indonesia. Ketika menjabat di Dewan KONTRAS, Munir berjuang bagi orang-orang hilang yang diculik pada masa itu, seperti membela para aktivis yang menjadi korban penculikan Tim Mawar  dari Kopassus pada era Orde Baru Soeharto. Tim Mawar adalah tim yang dibentuk untuk menculik par aktivis pro-demokrasi yang terjadi menjelang pelaksanaan Pemilu tahun 1997 dan Sidang Umum MPR tahun 1998. Kopassus adalah Komando Pasukan Khusus Angkatan Darat. Munir dibunuh di era demokrasi dan keterbukaan serta harapan akan hadirnya sebuah Indonesia yang dia cita-citakan mulai berkembang. Dalam penulisan lirik dan musik, Cholil membayangkan, bertrasedental bagaimana proses pembunuhan terjadi di dalam pesawat hingga lirikpun tercipta. Seperti Cholil menghidupkan kembali Munir dan Munirpun berkata:
Aku sering diancam
Juga teror mencekam
 Kerap ku disingkirkanÂ
Sampai dimana kapan
Ku bisa tenggelam di lautan
 Aku bisa diracun di udara
 Aku bisa terbunuh di trotoar jalan
Aku sering diancam
 Juga teror mencekam
 Ku bisa dibuat menderita
 Aku bisa dibuat tak bernyawa
 Di kursi-listrikkan ataupun ditikam
Akhirnya Munir berkata "Tapi aku tak pernah mati, Tak akan berhenti". Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â
Pada tanggal 7 september 2004, Munir diracun didalam pesawat dan dinyatakan meninggal dunia. Ada pula versi lain yang mengatakan bahwa sebelum pesawat bertolak dari bandara Changi ke Amsterdam, Munir minum kopi dulu di caf bandara. Dikafe itulah Munir diracun. Wallahualam. Poin saya istana sangat terlibat dalam pembunuhan pada saat itu. Hingga setiap tanggal 7 September itu pun, oleh para aktivis HAM dicanangkan sebagai Hari Pembela HAM Indonesia.
2. Sebelah Mata
Isi irik lagu kira-kira begini: