Mohon tunggu...
Ayu Diahastuti
Ayu Diahastuti Mohon Tunggu... Lainnya - an ordinary people

ordinary people

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Kartini: Perempuan, Keputusan Emosional, dan Gelitik Genetika

21 April 2024   19:35 Diperbarui: 22 April 2024   21:37 507
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi dalam film "Habis Gelap Terbitlah Terang" | dokumentasi brilio.net

Meskipun ada perbedaan antara perempuan dan laki-laki dalam membuat keputusan berdasarkan emosi, deviasi menurut angka statistik d-prime menunjukkan nilai yang rendah. 

Artinya, bahwa perbedaan antara keputusan moral laki-laki berdasarkan keadilan sedang perempuan memutuskan moral berdasar pada hubungan (relasi) bukanlah menunjukkan bukti bahwa keputusan perempuan senantiasa dikendalikan oleh otak emosi. 

Lha wong sama-sama keputusan moral, sudah pasti berkaitan dengan sistem limbik. Dah gitu jha. Hehehe

Pada faktanya, kesetaraan hak bagi setiap individu hingga kini masih terus menjadi perdebatan. Pada realitanya, dalam budaya kita masih sangat sulit menerima pemahaman ini. 

Padahal, di negara-negara Nordik yang dituduh sebagai negara berbahagia, mereka sangat menjunjung tinggi nilai kebersamaan. Kolaborasi. Tanpa melihat preferensi jenis kelamin, identitas gender,maupun hal-hal pembeda lainnya.

Sebagai penutup, izinkan saya mengantarkan frasa:

Kartini belajar bahwa pingitan hanyalah sebuah kamar yang memasung tubuh. Sementara, pikiran yang terbebaskan mampu melampaui batas fisik dimensi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun