Meskipun ada perbedaan antara perempuan dan laki-laki dalam membuat keputusan berdasarkan emosi, deviasi menurut angka statistik d-prime menunjukkan nilai yang rendah.Â
Artinya, bahwa perbedaan antara keputusan moral laki-laki berdasarkan keadilan sedang perempuan memutuskan moral berdasar pada hubungan (relasi) bukanlah menunjukkan bukti bahwa keputusan perempuan senantiasa dikendalikan oleh otak emosi.Â
Lha wong sama-sama keputusan moral, sudah pasti berkaitan dengan sistem limbik. Dah gitu jha. Hehehe
Pada faktanya, kesetaraan hak bagi setiap individu hingga kini masih terus menjadi perdebatan. Pada realitanya, dalam budaya kita masih sangat sulit menerima pemahaman ini.Â
Padahal, di negara-negara Nordik yang dituduh sebagai negara berbahagia, mereka sangat menjunjung tinggi nilai kebersamaan. Kolaborasi. Tanpa melihat preferensi jenis kelamin, identitas gender,maupun hal-hal pembeda lainnya.
Sebagai penutup, izinkan saya mengantarkan frasa:
Kartini belajar bahwa pingitan hanyalah sebuah kamar yang memasung tubuh. Sementara, pikiran yang terbebaskan mampu melampaui batas fisik dimensi.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H