Mohon tunggu...
Ayu Diahastuti
Ayu Diahastuti Mohon Tunggu... Lainnya - an ordinary people

ordinary people

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Kartini: Perempuan, Keputusan Emosional, dan Gelitik Genetika

21 April 2024   19:35 Diperbarui: 22 April 2024   21:37 565
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi dalam film "Habis Gelap Terbitlah Terang" | dokumentasi brilio.net

Bahkan dalam beberapa kelompok masyarakat (terutama kelompok masyarakat agraris) didapati bahwa anak-anak di usia 3-5 tahun lebih memilih bermain bersama dengan anak-anak yang berjenis kelamin yang sama. 

Namun demikian, perilaku tersebut tidak akan dijumpai pada anak-anak penyandang sindrom congenital adrenal hyperplasia (CAH).  Di mana, ada kecacatan genetik dalam sintesis hormon adrenal, sehingga dalam tubuh mereka terpapar oleh kelebihan hormon testosteron dan androgen-androgen lain.

Meskipun pada realitanya, sering kita jumpai pula bahwa masih banyak keterlibatan pengaruh tekanan orang tua terhadap anak laki-laki. Masih banyak batasan-batasan moral dalam nilai sosial kemasyarakatan ditekankan sebagai tugas dari anak lelaki maupun perempuan. 

Batasan-batasan nilai dalam masyarakat tersebutlah yang kemudian mengesahkan pemahaman anak laki-laki pada identitas gender mereka. Perilaku inilah yang memperkuat norma gender di saat anak mengetahui identitas gender mereka. 

Nilai-nilai dalam beberapa budaya tersebut dimungkinkan telah membagi dua jenis kelamin manusia. Perempuan dan laki-laki. 

Meskipun demikian, pada tataran biologis jenis kelamin manusia memiliki spektrum yang lebih luas. Ada perempuan yang memiliki sifat maupun fisik kelelakian, ada pula laki-laki yang mempunyai ciri fisik maupun karakter yang lebih mirip perempuan. Am I right or right?

Hingga pada titik kesepahaman, bahwa bisa jadi seseorang pada masa kecilnya, preferensi mampu dikendalikan oleh pengaruh lingkungan. Meskipun demikian, sepanjang perjalanan tumbuh kembangnya ada begitu banyak peluang bagi individu untuk memperluas cakrawalanya.

Perilaku perempuan selalu berdasarkan emosi. Mitos atau fakta?

Salah satu stigma yang sangat melekat pada perempuan ada pada ranah keputusan dan perilaku berdasarkan emosi. Asumsi bahwa perilaku perempuan senantiasa berdasarkan atas keputusan yang dihasilkan oleh otak emosi mereka.

Mari kita cukil sebentar.

Memang pada beberapa kasus anak-anak perempuan mempunyai kecenderungan lebih tinggi dibandingkan anak laki-laki pada saat meresponi rasa takut dan menangis.

Namun perbedaan ini tenggelam oleh keberagaman g.e.n.e.t.i.k.a pada setiap individu dalam setiap jenis kelamin. Tentu saja soal kepribadian, kita tak bisa menepikan variabel genom, bukan? Kepribadian setiap individu telah tercetak dalam blue print genom, pada kromosom 11. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun