Bahwa beribu tahun yang lalu sebelum diketemukan tulisan seperti huruf paku pada zaman bangsa Sumeria, manusia telah cakap menggunakan bahasa secara verbal.Â
Kendati pun demikian, manusia membutuhkan tulisan untuk menyampaikan informasi secara akurat. Tulisan membantu manusia untuk mengingat segala sesuatu secara lebih tepat. Ini dibutuhkan karena ingatan manusia berkurang  kurang lebih sebesar 50% dalam satu tahun.
Otak kita pada usia 0-8 tahun pada umumnya belum mampu menyampaikan informasi yang kita dapat secara tepat. Seseorang mampu menyampaikan informasi kepada orang lain mulai usia 9-11 tahun.
Kabar buruknya, adalah pada umumnya otak anak-anak  di rentang usia 0-8 tahun belum mampu memahami esensi dari sebuah informasi. Sedangkan untuk memahami esensi informasi dibutuhkan otak yang lebih dewasa, lebih matang.
Begitu pun dalam hal tulisan. Untuk memahami esensi tulisan diperlukan otak yang benar-benar siap menyampaikan informasi dengan baik.
Maka dari itulah simulasi yang lebih pas untuk anak-anak usia 0-8 tahun adalah membiasakan membacakan bacaan bagi mereka kemudian mengajak mereka berdiskusi mengenai bacaan tersebut.Â
Konsep pengajaran ini sangat berkebalikan dengan budaya mengajar membaca di sekitar kita.Â
Tuntutan kompetisi yang dikondisikan oleh sistem memaksa anak-anak untuk belajar membaca dan berhitung semenjak dini. Ya, ini mungkin bisa terjadi secara efektif hanya pada anak-anak dengan bakat tertentu. Bukan pada semua anak-anak.
Apa yang terjadi pada anak-anak dibawah 9 tahun ketika mereka "dipaksa" untuk belajar membaca? Ya, mereka bisa membaca. Mereka memang melakukan semua itu dengan baik.Â
Kabar buruknya lagi, anak-anak melakukan proses belajar tersebut dengan mekanisme reward and punishment. Bila mereka melakukannya dengan baik maka akan mendapatkan reward, penghargaan. Apa pun bentuk reward tersebut.Â
Begitu pun sebaliknya, bila anak-anak tidak melakukannya, tentu saja ada punishment, "hukuman" yang harus mereka pikul. Ya, apa pun bentuk punisment itu.