Mohon tunggu...
Ayu Diahastuti
Ayu Diahastuti Mohon Tunggu... Lainnya - an ordinary people

ordinary people

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Artikel Utama

Ternyata PR Tidak Selalu Membentuk Karakter Anak, Anda Percaya?

23 November 2022   16:15 Diperbarui: 24 November 2022   10:50 905
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Minta dengan santun pada anak (SHUTTERSTOCK)

Perlu kita ingat, bahwa keputusan anak-anak di bawah usia 21-22 tahun masih bersandar pada otak emosi. Karena otak rasional yang salah satu tugasnya adalah membuat keputusan belum terbentuk dengan sempurna.

Tahukah kita mengapa anak-anak remaja seringkali kita nilai "tidak sopan" ketika berada di jalan atau dalam menggunakan kendaraan/fasilitas umum? 

Ilustrasi anak-anak sekolah berlatih mengenal lingkungan mereka | via nymag.com
Ilustrasi anak-anak sekolah berlatih mengenal lingkungan mereka | via nymag.com

Ya, saya sendiri sering menjumpai anak-anak berseragam sekolah yang pura-pura tidak tahu, ketika seorang disabilitas membutuhkan kursi yang mereka duduki. Atau mereka yang tetap saja duduk, bahkan berhaha hihi saat ada lansia yang kesusahan berdiri karena kursi telah penuh terisi. Ughh, jengah juga saya. 

Tadinya, pada saat saya berdiri, saya abaikan mereka. Akan tetapi ketika saya melihat ada lansia yang harus bergelantungan bersama saya, saya langsung menegur anak-anak berseragam sekolah tersebut supaya mereka belajar berempati pada kepentingan publik. 

Belum lagi sering kita jumpai kegagalan kita dalam berkomunikasi. Kadang karena terlalu antusias kita menanggapi sebuah informasi -- tanpa babibu, naninu, cek dan ricek dulu-- langsung nimbrung berkomentar atau tergesa share di media sosial. 

Dari kisah tersebut, kita seringkali tidak menyadari bahwa sebenarnya sangat penting untuk melatih empati anak-anak semenjak mereka kecil. Karena cara belajar mereka adalah menggunakan otak emosi. 

Latihlah mereka membuang sampah pada tempatnya, ketuklah pintu kamar mereka sebelum masuk, mintalah izin terlebih dahulu sebelum melihat akun ananda, latihan menyapu, menata mainan atau kamarnya sendiri. Ya, kita dapat saja melakukan semua bersama mereka. 

Sesederhana itu? 

Cobalah dulu. Namanya juga latihan. Itu kita lakukan bukan hanya pada anak-anak lho yha. Karena kemampuan neuroplastisitas bekerja seumur hidup kita. Maka, tak ada salahnya untuk ikut belajar bersama anak-anak, bukan?

Nah, apakah PR masih menjadi satu-satunya tumpuan untuk membentuk karakter anak?

Kalau memang anak-anak senang dengan PR, apakah selama ini anak-anak berinisiatif untuk menyelesaikan PRnya sendiri atau harus menunggu teriakan komando bahkan bantuan khusus dari orangtua? 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun