Mohon tunggu...
Ayu Diahastuti
Ayu Diahastuti Mohon Tunggu... Lainnya - an ordinary people

ordinary people

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Artikel Utama

Ternyata PR Tidak Selalu Membentuk Karakter Anak, Anda Percaya?

23 November 2022   16:15 Diperbarui: 24 November 2022   10:50 905
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Minta dengan santun pada anak (SHUTTERSTOCK)

Next!

Sel-sel otak membentuk jaringannya semenjak janin ada dan bertumbuh dalam kandungan. Pada masa inilah otak individu mulai terbentuk. Sel-sel otak dengan 7-11 akson dalam setiap satu selnya, beserta dengan hormon-hormon saling bekerja sama dengan DNA individu membangun struktur otak individu.

Begitu pula dalam perjalanan pertumbuhan otak kita. Ketika anak secara fisik bertumbuh dari bayi lahir hingga mencapai dewasa, otak individu pada umumnya pun mengalami perkembangan. 

Pada anak-anak yang berusia di bawah 9 tahun, bagian otak yang sering teraktivasi adalah otak bermain. Inilah yang menjadi dasar perkembangan pembelajaran sosial mereka.

Apakah kita pernah melihat seorang anak balita sering memukul temannya? Perilaku tersebut seringkali dinilai sebagai kenakalan. Namun pada anak usia 2-3 tahun memukul bisa diartikan sebagai respon kegembiraan mereka. Bisa juga sebagai respon atas emosi-emosi lain yang dirasakannya.

Sesering apa kita melihat anak-anak yang gampang akur kembali usai berantem? Ya, mereka menganggap bahwa pertengkaran itu hanya bagian kecil dari kesemestaan permainan. Bukankah pada dasarnya kita adalah homo ludens? Yap. Manusia yang senang bermain.

Sebagai komparasi, pada sebuah tayangan video di kanal YouTube saya sempat menjumpai bagaimana anak-anak usia TK hingga SMA di Jepang menjalani masa belajar mereka. Sangat menarik saat melihat mereka bernyanyi saat belajar, bermain dan belajar berinteraksi dengan lingkungan. 

Bahkan belajar memahami kandungan dan manfaat nutrisi pada sayuran, buah, dan makanan melalui kyushoku. Kegiatan makan siang bersama semua anak setiap jam istirahat. Kegiatan ini dilakukan karena Pemerintah Jepang menghendaki adanya pemerataan gizi bagi seluruh anak didiknya.

Lihat bagaimana kompasianer Hennie Triana Oberst menuliskan pengalaman tentang seberapa banyak PR yang dapat diberikan kepada anak di Jerman. Betapa mengagumkan. 

Saya pun sepakat PR anak-anak mulai dari tingkat pra-sekolah hingga SMP ditiadakan.

Mengapa? Karena dengan adanya sistem penilaian PR maka anak-anak akan terlatih terbiasa berkompetisi. Bukan saling berkolaborasi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun