Sama halnya pada saat anak belajar berjalan, makan, berbicara, semua dilakukan tanpa harus berpikir terlebih dahulu. Ini disebabkan karena semua yang kita lakukan diolah dalam memori implisit kita. Sehingga setiap saat kita melakukan hal yang sama, kita sedang melakukan recalling memori.
Menggunakan cara kerja yang sama, orang tua diharapkan mempunyai kemampuan supaya lebih banyak menggunakan peristiwa "baru" bagi anak sebagai pengalaman dalam pembelajaran mereka.
Ternyata Empati Berkaitan dengan Cara Kerja Otak.
Dunia sains telah berkembang sedemikian pesat. Ya, walaupun hanya segelintir orang saja yang mau peduli. Hehehe
Seperti sekitar akhir periode tahun 1900-an para ahli saraf kognitif melakukan studi pada hewan primata maupun pengerat guna mempelajari lebih mendalam mengenai gerak motorik pada hewan-hewan tersebut. Salah satu periset yang juga seorang ahli neuropsikologi adalah Giacomo Rizzolati.Â
Studi yang pada mulanya dilakukan atas kera-kera makaka hanya ditujukan untuk meneliti lebih jauh mengenai gerak motorik pada hewan primata. Namun ternyata melalui riset ini Rizzolati --secara tidak sengaja-- menemukan sebuah sistem yang kemudian disebut sebagai sistem neuron cermin pada beberapa bagian anatomi otak kera.
Riset yang ditulis pada jurnal Annual Review of Neuroscience (Februari 2004) kemudian muncul satu pemahaman baru mengenai fungsi sistem neuron cermin pada manusia. Yang mana, sistem ini memberikan gambaran mengenai empati dan imitasi.
Apakah sistem ini ada pada struktur otak manusia? Ada beberapa bagian dalam area otak manusia melalui riset menggunakan functional Magnetic Resonance Imaging (fMRI) dijumpai sistem neuron cermin.Â
Dengan mekanisme yang sama, sistem ini memungkinkan manusia belajar melalui pengamatan apa yang dilakukan oleh orang lain. Pula membuat asosiasi terhadap emosi orang lain, serta membuat prediksi mengenai apa yang dirasakan oleh orang lain.Â
Ditemukannya sistem neuron ini pula yang kemudian memicu para ahli saraf hingga kini masih melakukan riset demi penguatan temuan ini. Meski menghadapi beragam konfrontasi, namun temuan studi ini pada waktu terakhir ini memberikan pencerahan dalam dunia psikokognitif.Â
Tunggu dulu, lantas apa hubungannya dengan parenting?Â
Dengan menyadari bahwa empati ternyata ada dalam tubuh kita, setiap orang tua mempunyai kesempatan untuk belajar sekaligus memberikan contoh kepada anak tentang empati. Bagaimana kita dapat mawas diri terhadap setiap respon yang kita ambil.