Di tengah sibuknya anak-anak belajar mengenali emosi, mereka pun harus mengenal apa itu keadilan. Adil sesuai dengan peraturan yang mereka kenali.
Sebagai seorang pakar psikologi yang bergelut dalam masalah keluarga dan anak, Sally Beville Hunter PhD dari University of Tennessee, Amerika  melakukan sebuah studi. Dalam riset tersebut ia melibatkan anak-anak pada usia 5 tahun.Â
Dari riset tersebut ditemukan fakta bahwa bagi anak-anak usia 3-5 tahun, peraturan bukan hanya sebagai alat pengatur ketaatan. Peraturan, oleh anak-anak dipandang sebagai sebuah objek yang dapat mendatangkan kegembiraan atau kesedihan.
Hal ini berkaitan erat dengan perkembangan struktur otak anak dalam rentang usia 3-6 tahun masih belum sempurna. Bagian otak yang berfungsi sebagai pengambil keputusan, yaitu neokorteks sedang mengalami perkembangan.
Yang perlu menjadi catatan penting bahwa pada usia inilah anak-anak mulai belajar bersosialisasi.Â
Bagaimana ia dengan cepat menduplikasi; meniru setiap perkataan maupun tingkah laku orang-orang di sekitarnya.
Maka bukan hal yang aneh apabila seorang anak pada usia tersebut gagal dalam memenuhi sebuah peraturan maka ia akan bersedih.Â
Sejurus dengan Hunter, Chintya E. Johnson dari Carolina State University mengembangkan sebuah riset tentang arti kompetisi pada anak-anak usia 5 tahun.
Dari riset tersebut didapati bahwa sebenarnya anak-anak ingin mendapatkan kemenangan dan lebih unggul dari kompetitor mereka yang adalah teman-teman mereka sendiri.
Uniknya, didapati pula ada beberapa anak yang akan merasa sangat senang bila mereka menang. Tetapi bila mereka kalah, mereka tidak akan berminat lagi dalam berkompetisi.
Kompetisi Indah dalam Sebuah Kolaborasi
Sekitar tahun 1800-an para pemerhati dan para ahli psikologi telah menyarankan bahwa kerja sama atau kolaborasi merupakan wujud perilaku yang lebih menguntungkan. Bentuk kompetisi dalam kelompok justru akan membuat individu semakin rentan jatuh dalam upaya mempertahankan hidup.