"Ndak pa pa. Nanti kalau kita naik kereta, adik yang duluan masuk, ya." Si kecil masih terus bertanya demi mendengar janji ulang sang ibunda. Namun, pertanyaannya berubah pada seputar kereta api ternyata jauh lebih menarik perhatiannya daripada isu protesnya.Â
Memang mungkin percakapan tersebut sering kita dengar dari anak-anak. Tetapi bagaimana si anak kecil ini tidak lantas tantrum adalah hal yang menarik.Â
Saya juga tertarik dengan apa yang sedang dilakukan oleh sepasang orang tua tersebut. Mereka lebih memilih mengajak anak-anaknya berkeliling kota menggunakan angkutan umum.Â
Mengajak anak untuk sesekali menikmati perjalanan via angkutan umum adalah simulasi empati yang sangat dianjurkan. Di sini, anak-anak akan banyak belajar. Mereka akan melihat bagaimana caranya menghargai penumpang disabilitas, atau yang lebih tua, atau ibu-ibu hamil.Â
Anak-anak juga akan sangat menikmati ketika mereka kita ajak berjalan pagi. Pengalaman seru baik interaksi dengan  orang lain maupun lingkungan di sekitar akan mengajar mereka terbiasa melihat perbedaan dan bagaimana menyikapinya dengan bijaksana.Â
Anak-anak juga akan terbiasa untuk mengantri saat menyeberang jalan. Belajar menghargai pengguna lain di jalan. Dari siapa? Dari kita. Bukankah anak-anak suka sekali menduplikasi orang-orang di sekitar mereka?Â
Belajar berempati dapat pula kita terapkan pada saat di dalam rumah. Yaitu dengan membiasakan anak-anak makan di meja makan semenjak dini. Membiasakan belajar di meja atau ruang belajar, bermain di halaman atau ruang bermain.Â
Dapat pula dengan belajar membuang sampah di tempat sampah. Kalau ga ada tempat sampah, ya dikantongin. Nanti kalau ketemu tempat sampah di tengah jalan, baru dibuang di tempat sampah.Â
Dapat pula anak-anak kita ajarkan untuk mengetuk pintu kamar orang lain sebelum memasukinya. Bagaimana caranya? Ya kita sebagai orang tua harus memberi contoh dengan mengetuk kamar anak sebelum masuk.Â
Bukan hanya lewat ajar verbal namun lebih banyak memberikan contoh. Sembari mengajar, bukankah kita juga dapat belajar membiasakan diri?Â
Jangan menganggap enteng saat kita mendidik anak melakukan hal-hal sederhana di atas. Dari hal sederhana yang kita biasakan, anak-anak belajar membiasakan diri pula untuk memilah mana ruang pribadi dan mana yang menjadi kepentingan publik.Â