Anak bertumbuh seiring dengan perkembangan fisiologisnya. Dalam hal ini termasuk perkembangan struktur dan volume otak mereka.Â
Apabila Intelligence Quotient (IQ) merupakan kecerdasan yang kita peroleh bak mendapat undian lotre, maka lain halnya dengan kecerdasan emosional. Emotional Intelligence dapat dilatih semenjak anak berusia dini.Â
Empati Perlu Dilatih Seumur Hidup Kita
Bahwa semenjak lahir anak-anak mempunyai bakat empati adalah hal yang pernah dibuktikan secara empiris oleh banyak ahli dan pemerhati tumbuh kembang anak. Salah satunya adalah Martin L. Hoffman.Â
Hoffman merupakan seorang ahli psikologi dari New York University. Berbagai riset yang beliau lakukan berfokus pada empati dan hubungannya dengan perkembangan moral.Â
Dalam bukunya yang berjudul Empathy and Moral Development: Implication for Caring and Justice, Hoffman beranggapan bahwa proses empati memungkinkan seseorang memahami maksud orang lain, memprediksi perilaku, dan mengalami emosi yang dipicu oleh orang lain.Â
Okay. Sekarang pertanyaan saya, apakah kita pernah melihat seorang bayi yang menangis setelah mendengar bayi lain yang sedang menangis? Atau seorang bayi yang segera memegang kuat lengan orang tuanya ketika anak lain kesakitan saat terjatuh? Atau bayi yang ikut tertawa saat melihat orang lain tertawa? Pasti pernah dong. Iya ga?Â
Apa yang diperlihatkan oleh reaksi bayi tersebut oleh banyak ahli dikatakan sebagai fakta bahwa empati pada dasarnya ada semenjak bayi lahir. Hanya saja empati membutuhkan proses pembelajaran seumur hidup seseorang.Â
Izinkan saya membagikan sebuah cerita yang saya dapatkan dari perjalanan saya via angkutan umum.Â
Suatu ketika, dalam sebuah bus saya melihat ada anak perempuan digandeng mamanya memasuki bus. Kemudian disusul sangat ayah yang menggendong si adik berumur kurang lebih 3-4 tahun.Â
Karena seat dalam bus masih agak longgar, maka si adik duduk di antara sang kakak dan ayahnya. Sedang mama duduk berhadapan dengan si kecil.Â
Tetiba terdengar celoteh protes dari si adek, "Mama, katanya tadi adek yang duluan masuk bus, kok tadi kakak duluan yang masuk?"Â