Mohon tunggu...
Ayu Diahastuti
Ayu Diahastuti Mohon Tunggu... Lainnya - an ordinary people

ordinary people

Selanjutnya

Tutup

Healthy Artikel Utama

Twitter ala Elon Musk, antara Emosi dan Rasionalitas

5 Mei 2022   06:27 Diperbarui: 5 Mei 2022   11:01 1166
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi Elon Musk membeli Twitter. (sumber: TechCrunch/ Bryce Durbin via kompas.com)

Yang sering tidak kita pahami adalah bagaimana kita seringkali mengambil tindakan yang tidak rasional. Mengambil keputusan berdasar dorongan impulsif dari emosi kita. Lantas, ketika deru emosi mulai melandai yang ada hanya tinggal penyesalan. 

Le Deux (Goelman, 1999) kembali menyatakan dalam penelitiannya bahwa amigdala (sistim limbik, yaitu bagian otak yang mengatur emosi kita) seringkali mengambil alih kendali. Atas apa? Atas semua yang kita kerjakan. 

Bahkan saat neokorteks, yaitu bagian otak berpikir kita sedang menyusun keputusan. Le Deux beranggapan bahwa tanpa sadar kita melibatkan emosi dalam aktivitas keseharian kita. 

Okay mari saya contohkan. Coba bayangkan ketika kita mengunci pintu, atau naik sepeda, atau membuka jendela, atau saat kita makan, minum, bahkan saat berjalan. Apakah kita melakukan semua aktivitas tersebut dengan berfikir terlebih dahulu? 

Semua aktivitas tersebut kita lakukan tanpa menggunakan otak rasional kita untuk berpikir. Pada awal kita belajar mungkin kita akan berpikir bagaimana membawa baki yang benar atau bagaimana supaya bersepeda dengan benar. Namun dengan berlatih, pada akhirnya kita terbiasa melakukan aktivitas tersebut. 

Semua kita lakukan begitu saja. Bukan karena refleks. Kita melakukan samua aktivitas tersebut menggunakan otak emosi kita. 

Otak manusia bekerja bukan untuk melakukan konfirmasi kebenaran, melainkan memberikan afirmasi terhadap keyakinan. (dr. Ryu Hasan) 

Rasionalitas memang bukan merupakan ciri manusia. Pada masa prasejarah manusia bertahan hidup menggunakan otak emosi. Mereka tidak memerlukan konfirmasi apakah informasi yang mereka terima benar atau salah. Asalkan informasi tersebut bermanfaat untuk bertahan hidup, maka akan digunakan. 

Melalui evolusinya otak manusia mempunyai bakat rasionalitas. Tentu saja, otak rasional membutuhkan latihan untuk menjadi kebiasaan. 

Maka penting sekali untuk melatih otak rasionalitas kita. Caranya? Dengan melatih otak emosi. Bagaimana menggunakan otak emosi dengan cerdas. Bagaimana mungkin melatih otak rasional dengan menggunakan emosi. 

Okay. Artinya bahwa pada dasarnya penyesalan pun dapat kita hindari. Dengan apa? Practise! Latihan. Tentu saja, but how? 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun