Resistensi remaja pada peraturan, baik yang tertulis maupun tidak tertulis menunjukkan bagaimana sekolah dalam hal ini para guru dituntut untuk memberikan bimbingan seputar peraturan tersebut. Ini jelas tidak mudah. Bagaimana kita mampu menjawab pertanyaan kritis dari remaja, seperti misalnya alasan mengapa ada perintah dianjurkan atau dilarang.
Salah satu tugas sekolah adalah untuk meyakinkan remaja yang tidak mau begitu saja menerima pendapat dari orang lain. Perlu diingat, remaja adalah individu dengan kondisi fisioligis lobus frontal, bagian untuk berpikir secara rasional, belum mengalami pematangan yang sempurna.
Kurangnya pendidikan merupakan salah satu faktor pemantik individu remaja untuk bersikap apatis terhadap peraturan bahkan mencari celah untuk melakukan tindakan kriminal.
Bagaimana dengan lingkungan dalam hal ini masyarakat yang juga menyangkut pemerintah dan aparat penegak hukum? Sebagai penyandang pedang negara, masyarakat berharap setiap regulasi bukan hanya bersifat preventif, melainkan juga secara tajam mampu menunjukkan sifat represif sebagai asas legalitas hukum yang berlaku.
Kejahatan tidak semata dipengaruhi pada besar kecilnya kerugian yang ditimbulkan, tapi juga oleh kepentingan-kepentingan pribadi dalam kelompok, sehingga perbuatan tersebut dinilai merugikan masyarakat luas.Â
Salam sehat, salam sadar
Penulis
***
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H