Maksud saya, perselingkuhan seringkali berkaitan dengan sifat, karakter, mungkin juga permasalahan dalam diri si pelaku yang menyebabkan ia melakukan perselingkuhan. Juga bagaimana cara seseorang dalam berelasi.Â
Misalnya saja, merasa bosan dengan pasangan utama, permasalahan dengan masa lalu, sulit menolak godaan, dan lain sebagainya.Â
2. Faktor kondisi lingkungan
Ada beberapa perselingkuhan yang terjadi karena tingginya frekuensi pertemuan, atau intensitas kedalaman komunikasi antar pelaku perselingkuhan.Â
Contohnya, seringnya hidup berpisah lokasi dengan pasangan, intensitas interaksi yang tinggi dengan seseorang yang bukan pasangan di komunitas yang sama, dan lain sebagainya.Â
Pertama, ya teman biasa. Bertemu, saling sapa, lalu pertemuan formal di kantor atau dalam komunitas bersama semakin sering. Interaksi lewat media sosial, chit chat, berbagi angka nomor telepon kemudian berlanjut berbagi nomor rekening, hehehe.Â
3. Kualitas hubungan utama yang sedang berjalan.
Kurangnya komunikasi, juga renggangnya intensitas pertemuan skin to skin dengan pasangan utama biasanya menjadikan kekosongan pada individu.Â
Demikian juga pelaku perselingkuhan akan merasa perlu memilih berselingkuh dari pasangan utama, karena ia merasa tidak mendapat apa yang ia harapkan dari pasangan utamanya.Â
Hmm, so, pada dasarnya selingkuh atau tidak selingkuh bukan hanya berdasarkan hubungan sebab akibat. Artinya, hubungan yang sedang tidak sehat bukanlah alasan utama dan satu-satunya untuk berselingkuh, bukan?Â
Selingkuh atau tidak, semua tergantung pilihan si pelaku.Â
Batasan pribadi sangat berperan penting dalam sebuah relasi yang dibangun dengan orang lain di luar relasi awal yang telah kita bangun sebelumnya. Menghargai pasangan kita sama saja menghargai diri kita sendiri. Bukankah pasangan kita adalah pilihan kita?Â
Maka itu, penting pula untuk mengetahui apakah kita siap atau tidak sebelum membangun sebuah komitmen.Â