"Ya panteslah dia selingkuh. Istrinya aja ga bisa urus diri gitu abis melahirkan"
"Abis istri saya malah lebih banyak urus anak hampir ga ada waktu buat suaminya" (adu du du du...serasa pengen ngelemparin godam, Sobat).Â
"Ya, cowok gue ga pernah beliin gue martabak manis"Â (lha ilah Neng. Cari gebetan Agan martabak aja).Â
Kita tidak dapat menimpakan satu pihak menjadi penyebab terjadinya perselingkuhan, Saudara. Terlebih hanya sebagai pembenaran perilaku melanggar komitmen yang telah dibangun bersama.Â
Toh perselingkuhan juga dapat terjadi tatkala pernikahan sedang dalam kondisi baik-baik saja.Â
Namun, tak jarang juga ketika ada permasalahan keluarga seseorang akan memilih pergi berkonsultasi kepada psikolog atau alim ulama atau konselor.Â
Untuk mencari penyebab perselingkuhan tidak dapat dilihat dari satu sisi penyebab saja. Akan tetapi, satu hal yang pasti:Â
Bahwa tanggung jawab perselingkuhan ada pada si pelaku perselingkuhan, bukan pada orang atau kondisi di luar si pelaku.Â
Mungkin perselingkuhan bukan hanya permasalahan dalam pernikahan. Perselingkuhan juga sering terjadi dalam relasi pertunangan atau pacaran.Â
Disclaimer: Artikel ini saya unggah bukan untuk memojokkan satu pihak tertentu. Karena kita semua berpotensi untuk menjadi pelaku perselingkuhan.Â
Bila ditilik dari faktor penyebab, memang terdapat begitu banyak faktor. Tapi, saya hanya ingin membagikan 3 diantaranya. Singkat saja, Saudara.Â