Next.....apakah itu PMDD?Â
So, pada tahun 1980-1990an istilah PMS menjadi sebuah polemik di kalangan ahli kesehatan jiwa. Di mana terjadi pertanyaan saat timbul fakta lapangan pada beberapa wanita yang mengalami kondisi perubahan mental yang lebih "buruk". Sehingga dibutuhkan penanganan medik lebih dari pada hanya gejala PMS pada umumnya.Â
Hingga pada tahun 2013 yang lalu para ahli psikiatri mengadakan beberapa revisi penggunanaan istilah PMS pada kitab petunjuk diagnosa pasien, DSM IV yang terbit pada tahun 1994.
Kay, pada akhirnya, setelah dua dekade berlangsung, disepakati antara PMS dan PMDD kemudian menjadi dua labelling dengan tingkat terminologi gejala yang berbeda.Â
Menurut American Journal of Psychiatry, PMDD hanya dialami oleh 5% perempuan. Ini terjadi karena banyak kaum perempuan yang mungkin mengalami PMDD namun tidak terdiagnosis, salah diagnosis, atau diabaikan begitu saja.Â
Ah, mari kita sudahi teori sejarahnya, hehehe. Jejangan artikel ini jadi sangat membosankan...Â
Kay, Kawan....kita lanjutkeun.Â
Nah, sekarang tahu dong kenapa kondisi PMDD kudu mendapat perhatian lebih.Â
Perbedaan antara PMS dan PMDD adalah dalam hal mood swing. Selain itu, terdapat beberapa gejala lain yang biasanya nampak pada penderita PMDD. Gejala tersebut, antara lain dapat dibaca di SINI.Â
Belum ditemukan penyebab yang pasti munculnya PMS maupun PMDD. Yang jelas, sebagai salah satu varian depresi, PMDD seringkali disalahartikan sebagai kasus bipolar. Nah, di sinilah pentingnya kita pergi ke ahli kesehatan yang berlisensi, saudara.Â
Lanjut....Â