Mohon tunggu...
Ayu Diahastuti
Ayu Diahastuti Mohon Tunggu... Lainnya - an ordinary people

ordinary people

Selanjutnya

Tutup

Healthy Artikel Utama

Menstruasi Bikin Depresi? Simak Dulu yang Satu Ini

12 Desember 2021   18:03 Diperbarui: 15 April 2022   22:54 861
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi: wanita dan menstruasi | via unsplash @yuri alumaydy

Mengenal seorang wanita dengan segala seluk-beluknya memang tidak mudah. Bahkan bagi para suami yang telah bertahun lamanya hidup seatap, sekamar, senasip sepenanggungan pun masih harus belajar untuk dapat mengerti WANITA. 

Ada satu momen yang ingin saya bagi. Saat itu saya masih menjadi anak baru di kantor. Saya terkejut dengan salah seorang rekan yang hampir setiap satu bulan sekali selalu saja tidak masuk kantor karena datang bulan. 

Bahkan pernah satu kali, ia harus pulang lebih awal gegara datang bulan. Pada waktu itu saya bertanya-tanya. Masak cuman datang bulan bisa sesakit itu? 

Tetapi, memang wajahnya terlihat sungguh pucat, sambil meringis ia menahan sakit. Selain sakit perut, ia pun sempat mengeluh pusing. 

Pertama, pahami dulu Pemenstrual Syndrome (PMS) 

Sebagian besar wanita akan mengalami gejala Premenstrual Syndrome (PMS). 

Gejala yang biasanya berupa sakit perut, sakit kepala, mual, penurunan gairah seksual, badan lemas, munculnya jerawat, dan payudara terasa nyeri yang diderita oleh perempuan sering kita dengar sebagai masa Premenstrual Syndrome (PMS).

Yuks, sekarang kita kulik dari lensa kesehatan mental. Apa siiih yang perlu mendapat perhatian dari sebuah siklus biologis yang dialami oleh hampir setiap perempuan yang sedari lahir terdeteksi sebagai perempuan tulen? 

Bapak-bapak pengen tahu juga? Suami, para kaum muda, yuuuk dimari.... Belajar bersama, yes. 

Karena gejala yang sering terlihat adalah meluapnya kemarahan, biasanya bila seorang wanita diliputi kemarahan, ada saja yang bakalan berkata, "Eh, elu lagi PMS ya?"

Hayo, ngaku, siapa yang sering memakai kalimat itu???

Sebenarnya, bakalan ada beragam gejala lain yang menyertai masa PMS.

Gejala yang mudah dilihat adalah suasana hati yang floating. Maksud saya, ada rasa marah, cepat tersinggung, gampang baperan, dan sesekali merasakan sedih yang datang tanpa sebab. Tetiba pengennya mewek-mewek, alias nangis aja. Jangan tanya penyebabnya. Kadang ya, hanya ingin menangis saja. 

Trus dibarengi pula dengan nafsu makan yang bertambah, atau bagi beberapa orang nafsu makan bisa jadi menghilang, seperti doski yang tetiba menghilang tanpa kabar, di saat kita di pucuk rasa sayang, ahaahay... 

Nah, gejala semacam inilah yang paling sering dikaitkan dengan kondisi depresi, atau mood swing, atau Premenstrual Dysphoric Disorder (PMDD). 

Padahal, berubahnya suasana hati saat PMS hanya datang setiap satu bulan sekali. Aduh, duh, duh, nona manise, bunda sayange, itu mah bukan mood swing. 

Mood swing adalah perubahan suasana hati yang terjadi dalam durasi yang lebih panjang. Mmm... minimal 2 minggu atau lebih, secara terus-menerus. Inilah yang menyebabkan seseorang begitu tersiksa dalam kondisi depresi. 

Jadi apa dong PMDD? Apa bedanya dengan PMS? Trus itu PMDD kan ada kata disordernya, apa itu termasuk gangguan kesehatan jiwa? 

Oh, wait, tunggu... Okay satu-satu. 

Yuk kenalan ama PMDD. 

Tapi, sebentar, saudara. Apabila ada kata disorder, tentu perlu disclaimer nih. Tulisan ini saya anggit untuk kebutuhan edukasi. Bila ada yang merasa mempunyai gejala yang sama, mari sila datang berkonsultasi pada ahli kesehatan terkait. 

Next.....apakah itu PMDD? 

So, pada tahun 1980-1990an istilah PMS menjadi sebuah polemik di kalangan ahli kesehatan jiwa. Di mana terjadi pertanyaan saat timbul fakta lapangan pada beberapa wanita yang mengalami kondisi perubahan mental yang lebih "buruk". Sehingga dibutuhkan penanganan medik lebih dari pada hanya gejala PMS pada umumnya. 

Hingga pada tahun 2013 yang lalu para ahli psikiatri mengadakan beberapa revisi penggunanaan istilah PMS pada kitab petunjuk diagnosa pasien, DSM IV yang terbit pada tahun 1994.

Kay, pada akhirnya, setelah dua dekade berlangsung, disepakati antara PMS dan PMDD kemudian menjadi dua labelling dengan tingkat terminologi gejala yang berbeda. 

Menurut American Journal of Psychiatry, PMDD hanya dialami oleh 5% perempuan. Ini terjadi karena banyak kaum perempuan yang mungkin mengalami PMDD namun tidak terdiagnosis, salah diagnosis, atau diabaikan begitu saja. 

Ah, mari kita sudahi teori sejarahnya, hehehe. Jejangan artikel ini jadi sangat membosankan... 

Kay, Kawan....kita lanjutkeun. 

Nah, sekarang tahu dong kenapa kondisi PMDD kudu mendapat perhatian lebih. 

Perbedaan antara PMS dan PMDD adalah dalam hal mood swing. Selain itu, terdapat beberapa gejala lain yang biasanya nampak pada penderita PMDD. Gejala tersebut, antara lain dapat dibaca di SINI. 

Belum ditemukan penyebab yang pasti munculnya PMS maupun PMDD. Yang jelas, sebagai salah satu varian depresi, PMDD seringkali disalahartikan sebagai kasus bipolar. Nah, di sinilah pentingnya kita pergi ke ahli kesehatan yang berlisensi, saudara. 

Lanjut.... 

Karena salah satu gejala PMDD adalah terjadinya depresi, maka penting pula untuk mengetahui tentang beragamya penyebab depresi. 

Ada yang disebabkan oleh inflamasi/peradangan, ada pula karena kekurangan hormon serotonin, lalu juga karena permasalahan pada GABA (asam gamma-aminobutirat, yaitu salah satu neurotransmitter dalam otak kita), dan masih banyak penyebab lainnya. 

Kekurangan hormon serotonin biasanya menjadi salah satu penyebab adanya rasa putus asa yang timbul pada diri seorang yang menderita PMDD. 

Serotonin adalah hormon yang merupakan salah satu komponen penyusun rasa bahagia --tolong bedakan dengan rasa senang atau gembira -- dalam diri kita. 

Faktor yang menjadikan PMDD harus mendapat perhatian lebih adalah datangnya rasa putus asa yang terus menerus mendera, dan bila tidak mendapat treatment yang benar, akan mengakibatkan bunuh diri. 

Lhoh masak karena menstruasi aja bisa sampai bunuh diri? Wah, waaah.... Ini nih... 

Terkadang apa yang sebenarnya merupakan hal yang gawat tapi dianggap sepele. Namun, ada pula yang sebenarnya dalam kondisi sederhana malah dianggap sebagai hal yang besar.

Pemikiran tersebutlah yang seringkali datang pada saat kita melakukan SELF DIAGNOSE. 

So, tolong saudara demi kebaikan diri sendiri, jangan melakukan self diagnose. Okay... 

Untuk pengobatan dan pemulihan PMDD, alangkah baiknya bila kita bertemu paikiater yang tepat. Jangan salah, bapak ibu, saudara. Karena biasanya selain obat antidepresan (bila diperlukan), maka dokter akan memberikan penanganan yang tepat. Ini dilakukan agar hidup kita menjadi nyaman dan produktif kembali. 

Sepertinya sudah panjang ini ya pembahasan kita. Padahal, masih banyak yang ingin saya bagikan lagi seputar menstruasi.

Oh, ya. Satu tips saja untuk kita yang sedang merasa berada dalam siklus PMS, agar tidak merusak relasi, ada baiknya kita berkata, "Mohon maaf, saya sedang PMS".

Mungkin ini lebih membantu kita agar tetap menjaga diri terhadap badai emosi yang mendera kita, kaum hawa. 

Kalau begitu untuk sementara kita tutup dulu obrolan kita kali ini, kay.... 

Salam sehat, salam sadar.... 

Sumber: 1, 2

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun