Mohon tunggu...
Ayu Diahastuti
Ayu Diahastuti Mohon Tunggu... Lainnya - an ordinary people

ordinary people

Selanjutnya

Tutup

Love Artikel Utama

Dari LDR, Ternyata Kita Belajar 3 Perkara Istimewa Berikut

17 Februari 2021   10:10 Diperbarui: 17 Februari 2021   18:15 1779
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi : LDRR, Long Distance Romantic Relationship | shutterstock via boredpanda.com

Hmm, sudah masuk pertengahan bulan Februari niih. Oh, yha. Mohon maaf, akhir-akhir ini saya selalu late post, yha? Banyak tenggelamnya. Kek kapal selam nih, hehehe.

Bicara tentang Februari. Kata orang nih, ini bulan yang anget-angetnya kalau lagi ngobrolin masalah cinta. Bukan berarti saya sedang jadi bucin, Sobat. Tapi, bagi sebagian orang, bulan ini adalah bulan cinta, yha ga sih, Mimin Khey?

Kay, gengz. Kali ini Mimin ngajakin kita ngobrol soal LDR. Yuks, chapchuz....kita bahas.

Note: ini bukan lagi ngebahas Light Dependent Resistor lho yha, sobs. Saya bukan anak teknik elektro. Monmap, sobs.

Bagi mereka yang belum pernah merasakan LDR (Long Distance Relationship) maupun LDM (Long Distance Marriage) mungkin akan mengira hubungan seperti ini adalah sebuah relasi yang mustahil.

Nah, sebenarnya, saya pernah mengulas keuntungan atau pembelajaran tentang hubungan LDR. Bila Sobat semua ingin mengulik "7 Keunikan LDR, Ingin Mencoba?" Klik link di bawah artikel ini. Lil bit of my true story, ehe ehe.

Keuntungan dalam Long Distance Relationship

Bicara tentang kasih pada sesama, siang saya kemarin disapa oleh narasi Pak Irwan yang berjudul "Tentang LDR ke LDR yang Lain".

Tentang LDR yang Lain

Menarik, karena memang di satu sisi, sebagai pelaku LDR saya merasakan ada pentingnya juga kita membicarakan mengenai buying capacity. Yupsy, guys. Dari penjelasan Pak Irwan yang sangat menyentuh rasio itu, yuks mari kita kupas tuntas apa yang menarik dari sekedar menyiapkan diri secara materi.

Money, arta, hepeng, jien, fulus, apa pun itu sebutannya, tentu merupakan instrumen yang kita butuhkan dalam menjalin relasi. Ga usah LDR, pacaran dalam jarak dekat pun pasti butuh kesiapan dana. Apalagi masa pandemi gini, kuota data so pasti jadi penyemangat hidup!!

Kalau saya boleh berpendapat, urusan cinta itu layaknya urusan bisnis, Sobs. How come? Matre deh nih penulis...wuidiii tunggu dulu, gengz. Lanjutin baca kalau masi penasaran.

Loan to Deposit Ratio. Makidah, mari kita bedhah ini dari sisi humanity....

Pertama, sadari soal menjalin hubungan asmara, terlebih LDR, layaknya kita menanamkan investasi. 

Dari awal kita musti tahu benar di mana kita akan menaruh investasi. Tervalidasi atau tidak. Jangan-jangan kita keliru menabur ivestasi pada mereka yang menawarkan tempat investasi bodong. 

Trus gimana cara tahunya kalau dia tempat investasi bodong atau bukan?

Banyak dari kita tertipu dengan rayuan gombal ala bucin yang merepet hampir setiap detik saat mereka mengincar cinta dan perhatian, yang saya asumsikan sebagai hati kita, harta kita. 

Anggapan bahwa bucin bukan racun asal terjadi hubungan transaksional antar pasangan justru akan mengarah pada hubungan yang toxic.

Mulai dengan pendekatan bucin absolut, sehingga korban akan terhanyut dalam gelombang manipulatif pelaku. Tanpa sadar, perilaku bucin diterima dan diterjemahkan sebagai bentuk perhatian pelaku kepada korban. 

Pada awal perkenalan biasanya akan terjadi love bombing. Perlakuan yang istimewa, chat yang tidak pernah slow respon, kata-kata indah yang membuai kalbu akan disodorkan layaknya sales sedang mempromosikan produknya.

Maka penting bagi kita untuk mengenali terlebih dahulu produk yang ditawarkan sales tersebut. Jangan terburu-buru percaya, lalu menginvestasikan harta kita padanya. Jangan-jangan produk yang ia jajakan hanya palsu, manis di bibir saja. 

So, butuh proses donk, kaka? Iyap! Sungguh betul. 

Secondly. Bila sudah mantap hati, maka jalinlah sebuah relasi. Welcome to the jungle, beib...

Ada 3 perkara yang saya pelajari dari menjalin sebuah hubungan jarak jauh (macam PJJ ajha neeh).

Dunia LDR tidak dapat kita samakan dengan relasi dalam rentang wilayah yang sama. Perlu mengetahui segala situasi yang terjadi di mana pasangan kita tinggal, aktivitas yang sedang dilakukan, dan yang terpenting adalah trust.

SATU. Pasangan yang memilih LDR biasanya memiliki karakter spesial. Why? Jadi gini. Mereka yang bersepakat menjalin LDR adalah orang yang memiliki karakter mandiri dan tidak suka bertantung pada orang lain.

Ada beberapa pasangan LDR adalah tipe orang yang tidak menginginkan pasangannya berada di sampingnya setiap menit. Maksudnya, mereka lebih sibuk melakukan aktivitas masing-masing dengan lebih leluasa tanpa harus memberitahu pasangannya, ia sedang apa atau sedang bersama siapa. 

Beruntung bila pasangan saling bertemu 1-4 bulan sekali. Ada juga yang tahan ga ketemuan hingga hanya bertemu 8 bulan sekali. Ada. Ini benar-benar nyata.

DUA. LDR harus mempunyai komunikasi yang berkualitas. Komunikasi secara berkala tetaplah dilakukan. Meskipun, tidak harus setiap hari. Yang pasti sebagai pelaku LDR harus mempunyai kualitas komunikasi yang dalam.

Peran alat komunikasi sangatlah penting. Namun, dengan berbagai kecanggihan teknologi jaman kiwari yang serba cepat, seringkali menuntut individu selalu harus cepat mendapat informasi.

'duh, kenapa dia jadi slow respon yha?'

'kok chat-ku cuma dibaca doank?'

'kenapa sedari tadi ditelfon ga diangkat-angkat yha?' 

Seringkali yang timbul dalam pemikiran adalah prasangka buruk. Lantas timbul prasangka, lalu cemburu datang sebagai red flag. 

Padahal, terkadang pikiran kita datang hanya menipu kita, Sobs. So, seperti kata dr. Andreas Kurniawan SpKJ, "jangan sampai tertipu oleh pikiran kita sendiri". Lakukan konfirmasi asumsi. Bertanyalah pada pasangan untuk mengkonfirmasikan asumsi kita.

Bisa ajha kan dia bohong? Nah, nah, nah,... Hati-hati, bisa-bisa overthinking tuh, Sobs.

Munculnya salah paham di antara pasangan mampu menjadi penyebab bagi kandasnya hubungan, termasuk LDR. So, kami bersepakat untuk saling membangun satu dengan yang lain, meski frekuensi komunikasi tidak terlalu sering.

Apabila ada masalah, biasanya kami sempatkan untuk bertemu, dan membicarakannya melalui tatap muka secara fisik.

TIGA. Penting untuk selalu meningkatkan komitmen (increasing commitment). Di sinilah trusting each other, menjadi kata kunci.

Dalam komitmen inilah investasi atau trust yang kita tanamkan harus dijaga. Sehingga, kemampuan individu dalam mengolah kebahagiaan dirinya sendiri sangatlah penting. Bila kebahagiaan diri telah penuh, maka individu memiliki rasa percaya diri untuk membagi kebahagiaan tersebut dalam hubungan ini.

Masing-masing individu bertemu dengan orang-orang baru di sekitarnya yang mungkin lebih banyak melakukan aktivitas bersama. Ini yang membuat seseorang dengan komitmen rendah mudah berpindah investasi, sehingga trust pada pasangan lama akan meluntur.

Maka itulah dibutuhkan komunikasi berkala untuk menjaga keintiman antar pasangan. To keep the romance alive.

Gimana caranya?

Ini dari saran saya, boleh dicoba. Kami saling membangun komunikasi. Saling membangun diri masing-masing. Sedapat mungkin meminimalisir percakapan yang bertendensi negatif. Tentu saja, saya maupun de'e harus mengenal karakter kami masing-masing, apa yang kami paling suka atau paling tidak suka.

That's all. Itu sadja doeloe, Sobat. Yang pasti, temukan tempat investasi yang tepat. Lalu rawatlah dengan tekun penuh sabar, agar investasi kita semakin berkembang. Investasi berupa perasaan, waktu, maupun tenaga jangan sampai terbuang sia-sia. 

Kalau de'e yang ninggalin kita? Atau hubungan sudah "di luar kendali kita" yha jangan gentar untuk cut loss (saya sarankan ini bagi yang LDR). Jangan anggap dengan cut loss kita sudah gagal, kita rugi besar. Cut loss dilakukan agar batas kerugian kita tetap terjaga. 

Masih belum setujukah bila sebenarnya hubungan cinta serupa hubungan bisnis?

Satu hal yang pasti, LDR membutuhkan kematangan mental yang kuat. Belum tentu semua LDR itu sukses. Tetapi, banyak pula yang telah merasakan kesuksesannya. Kalau masih ga percaya, coba tanya Bang Roman Rendusara atau Mbak Hennie Triana. Atau ada yang lain lagi, sila tulis di kolom komen yha, sobs.

Semoga memberkati...

Salam

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Love Selengkapnya
Lihat Love Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun