Mohon tunggu...
Ayu Diahastuti
Ayu Diahastuti Mohon Tunggu... Lainnya - an ordinary people

ordinary people

Selanjutnya

Tutup

Cerita Pemilih Pilihan

Pilkada Solo, Langgengkan Politik Dinasti

10 Desember 2020   03:06 Diperbarui: 10 Desember 2020   04:52 915
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
hasil real count versi 10/12/2020 pukul 00:42 WIB | via portal pilkada2020.kpu.go.id

Memasuki ruangan, suasana terasa syahdu karena kelengangan yang ternampak. Hanya beberapa petugas KPPS lengkap dengan segala prasarananya. 

sangat mematuhi protokol kesehatan, bukan? ada yang ganjil? | dokpri
sangat mematuhi protokol kesehatan, bukan? ada yang ganjil? | dokpri

Ganjil. Karena sudah sesiang ini suasana di beberapa TPS tidak menampakkan keramaian. Saya sempat memerhatikan sejenak, tidak banyak yang menorehkan paraf pada daftar hadir. Ternyata, seorang kawan melegalkan pendapat saya saat kami kebetulan bertemu di meja hik kampung kami.

"Lhah Mbak, ga usah milih aja sudah tentu menang kok mereka (baca: kubu Gibran). Lha kalau misalnya lawannya kotak kosong, saya mungkin malah ikutan milih, Mbak,"ujar mas Heru, salah seorang driver ambulans RS Soekarno Surakarta. 

"Gimana TPS ga sepi, Mbak? Lha wong kondisi pandemi seperti ini kok masih dipekso, disuruh milih. Kalau saya malah merindukan serangan fajar dari Bajo, eh, tiwas ditunggu malah ndak dapet," timpalnya lagi. 

" Owalah mas, mas, harta Pak Bagyo itu kan cuma Rp 1,9 M, mana cukup buat bikin amplop seisinya..." kelakar seorang anak muda, entah siapa namanya saya lupa.

Pilkada 2020 ini memang menorehkan sejarah tersendiri bagi kota yang terkenal sebagai The Spirit of Java. Tidak dapat dipungkiri, sejarah mencatat bahwa Kota Bengawan telah menjadi magnet tersendiri bagi situasi politik negri ini. 

Kota kecil kami bukan tempat yang istimewa. Tidak terlalu banyak ornamen gunung, bukit, maupun lembah indah nan menghijau. Namun, sedjak jaman kolonial Belanda berkuasa, Solo telah menjadi target sasaran banyak pihak. 

Masih ingatkah kita pada saat ibu kota Indonesia pasca pidato kemerdekaan RI berpindah ke Yogyakarta? Maka pada waktu itu seluruh kekuatan militer negri ini pun berpindah ke Kota Solo. 

Selain sebagai pusat militer, saat itu Solo berkembang menjadi kota bisnis dengan banyaknya pelabuhan yang dibangun di sekitar Kota Solo. Sehingga, tak ayal Kota Solo terkenal sebagai Kota Pesisir. Anda kaget? Saya juga, hehehe..

Itu sebagian faset dari sejumlah fakta sejarah mengapa kota mungil Solo menjadi barometer politik di nusantara.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerita Pemilih Selengkapnya
Lihat Cerita Pemilih Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun