Keraguan pada olah pikir dan kesadaran diri inilah yang kemudian sedikit demi sedikit akan membuat korban menjadi tergantung pada gaslighter. Korban akan merasa bahwa apa pun yang ia lakukan atau pikirkan adalah salah. Dengan demikian, pemikiran gaslighter sajalah yang benar.
Ketiga, korban terancam kehilangan kewarasan. Berulangnya aktivitas pembelokan realita oleh gaslighter menyebabkan korban akan sering mempertanyakan realita ingatan, persepsi, dan meragukan segala kemampuannya.
Inilah sebabnya korban seringkali meminta maaf. Tidak jarang pula korban merasakan cemas yang berlebihan, yang dalam beberapa kejadian korban akan merasa depresi.
So, gimana nih caranya lepas dari hubungan toxic ini?
Seorang ahli sekaligus praktisi psikologi, juga penulis buku "Should I Stay or Should I Go?" Dr. Ramani Durvasula mengatakan bahwa satu-satunya jalan agar kita tidak terjebak dalam hubungan dengan seorang gaslighter adalah tetap menyadari realita kita.Â
Bila perlu, kita melakukan rekaman, entah dengan pencatatan manual atau pun digital atas kejadian yang bersangkutan dengan gaslighter.
Selain itu, tinggalkan saja dan jangan mencoba untuk memperpanjang pembicaraan dengan seorang gaslighter. Bila kita telah terlampau jauh terkena dampak dari gaslighter, maka sangat disarankan untuk menemui psikolog atau psikiater guna mendapat pertolongan.Â
Andai saja kita kesulitan untuk menjangkau bantuan ahli kesehatan mental tersebut, paling tidak, kita dapat meminta bantuan orang-orang terdekat, seperti keluarga, teman dekat, atau sanak saudara.
Yang menarik dari pendapat profesor cantik ini, adalah bagaimana bila kita berada dalam hubungan pernikahan? Mungkin alasan anak, norma agama atau budaya yang tidak memungkinkan kita memutus begitu saja hubungan tersebut, maka satu-satunya jalan adalah kita harus mampu mengelola ekspektasi kita terhadap sang gaslighter.
Membangun relasi dengan lingkungan itu baik. Tentu saja, kita, manusia saling membutuhkan keterhubungan satu dengan yang lain. Namun apabila relasi tersebut merusak jiwa kita, diri kita sendiri, mari lekas sadari, bahwa kehangatan relasi bukan berarti saling meracuni.
"someone can try to gaslight you, but it can't happen unless you allow it" (Ariel Leve)