Itulah yang sempat lewat di benak saya yang sontoloyo ini, tapi ternyata, saya salah besar...
Para pedagang Pasar Hardjodaksino ini memang pantang menyerah. Dengan kecanggihan teknologi dalam genggaman, korporat kecil ini pun segera bertindak, gercep.Â
Melalui pesan singkat via mobile phone, akhirnya, berlangsunglah roda kegiatan ekonomi rakyat kecil.Â
Produsen dan konsumen bertemu di saat mentari belum menyapa Solo. Untuk area pertemuan pedagang dan pembeli dialihkan secara dadakan di dekat patung Soekarno di daerah Solo Baru.
"Yha, pokoknya asal ga ketahuan Satpol PP." Astagaaaa.......
Ternyata pasar tradisional ini hanya bertlanslasi sejauh beberapa kilometer dari tempat semula. Tujuan birokrat untuk menekan laju penyebaran virus Covid-19 kan serasa tinggal wacana. Kalau begini, yha sama aje. Woalah, Jum, Jum....
Tujuan penutupan pasar itu kan untuk melakukan karantina atas pedagang, guna meminimalisir penyebaran virus, lha kok malah...ambyar....
Kabar yang menyesakkan datang lagi nih. Pak Ganjar baru saja ngendika, kalo kasus penambahan jumlah penderita positif Covid-19 dari klaster nakes itu dikarenakan ada "pesta wisuda" para residen yang sekarang dirawat di RS UNS.
Ini saya kutipkan dari Kompas.com (14/07/2020). "Indikasi-indikasinya kemarin ada yang habis wisudaan kemudian berkumpul bareng teman-temannya. Sedikit ada pesta kecil. Nah yang begini ini kadang kita lepas kontrol," ungkap Ganjar kepada wartawan, Senin (13/7/2020).Â
Pernyataan Pimpinan rakyat se-Jateng ini sempat mendulang gunjingan di republik twiter. Yang namanya "pesta wisuda" seperti disebutkan oleh Pak Gubernur Jateng yang seneng nggowes itu, ternyata bukan "pesta wisuda".Â
Setelah dikonfirmasikan, begini penjelasan dari Dekan Fakultas Kedokteran UNS, "Setahu saya tidak ada hubungannya dengan wisuda. Residen paru yang positif ini tidak ada yang pernah ikut wisuda," ujar Reviono saat berbincang dengan Solopos.com melalui pesan aplikasi Whatsapp, Selasa (14/7/2020).