Sehari setelahnya giliran punggawa tinggi di Kota Sala, FX Hadi Rudyatmo meralat. Bliau bilang kalau Solo bukan zona hitam, tapi kuning kemerahan, alias oranye.Â
Lalu sehari setelahnya, Pak Rudy juga matur, bahwasanya label zona hitam yang sempat dimunculkan Setda Ahyani, hanya untuk memberikan shock terapi kepada masyarakat yang masih susah diatur.
Weee lhadalah, kok malah serasa seperti perang warna.Â
Selintas membaca warta berita tentang kota Surakarta ini saya sedikit tersentil. Apa mungkin Pak Rudy juga ga kepikir warna yang lain ketika melihat situasi Solo yang drastis mendadak sontak ditemukan 25 kasus penambahan jumlah penderita positif Covid-19 yang 18 orang diantaranya adalah warga Solo. Lantas semrepet, kepala pening, alias mbuh lah, biar gampang, sebut saja, black zone.
Yang penting hitam itu pekat. Kek darah merah kehitaman pada penderita hemel (hematemesis melena). Mungkin kalau saya yang memberi label black zone, ga ada yang peduli, tapi ini punggawa kota lho.
Lha sebagai kawula alit seperti saya ini, sebenernya ndak masalah soal label pewarnaan kota ini. Mau dibikin warna apa pun mangga saja, asalkan representatif, simbolik, eallah, apalagi to... Yang penting masyarakat tahu, apa itu arti tiap warna.
Paham makna tiap label warna pun belum tentu membuat warga mengerti apa yang harus dilakukan, atau mengerti, sudah paham, namun tetap saja acuh pada aturan.
However, let's put ourselves on Mr. Rudy's shoes...coba kita lihat dari kacamata Pak Wali, yha....
Ini kan kondisi belum beranjak menjadi better than yesterday...si virus itu masih seperti mbak kunti yang masih saja ngelayap kemana-mana.
Saat Solo dinyatakan level kuning ke-ijoan, warga Solo girangnya minta ampun. Saking girangnya, ada yang segera colut, keluar rumah blas, blas, blas, plesir ke Tawangmangu --kebanyakan kawula muda, tapi kawula usia matang ada juga siii-- tanpa mengindahkan protokol kesehatan dari pimpinan.
Penumpukan wisdom (wisatawan domestik) sempat memadati arus jalan ke arah tempat wisata yang menyuguhkan view, pemandangan alam yang menggairahkan, beserta jalan-jalan berkelok, penuh dengan eksotisme kabut, beserta hawa dingin yang mampu membuat kaki pengendara motor bila tidak tahan dinginnya langsung kram otot.