Mohon tunggu...
Ayu Diahastuti
Ayu Diahastuti Mohon Tunggu... Lainnya - an ordinary people

ordinary people

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Cerpen | Lurik

3 April 2020   10:10 Diperbarui: 3 April 2020   10:23 294
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Ragil tetap diam. Ingatannya yang bagai foto dalam frame, kembali membukakannya pada mbakyu Sita. Kakak perempuan semata wayangnya yang kini tinggal bersama keluarganya di Bali.

"Gil,...semesta itu adil. Renungkan itu. Jika kau bertemu seseorang, saat itu pula kau harus siap melepasnya. Ikhlaskanlah.

"Bila kau memilih, kau pun harus paham, bahwa konsekuensi akan mengikuti apa pun pilihanmu." lanjut Sita waktu mengantar anaknya libur Lebaran kemarin.

Sepotong kata-kata Galuh sahabatnya pun terngiang padat di telinganya,"Aku tahu, Gil. Emang ga mudah memutuskan untuk pasangan seumur hidupmu. 

"Bahkan di usia kita yang tak muda lagi. Cuman, siapa pun itu, kau berhak mendapat yang terbaik. Apa Hermawan yang terbaik itu? Kau yang menentukan,"

Ragil masih terdiam. Matanya terpejam. Hatinya gundah. Batinnya gelisah.

"Mas Her, ..." ucap Ragil sangat pelan.

"Yha?"

"Mas Hermawan tahu aku harus menjaga Rama, bukan? Tapi itu bukan alasan utamaku. Aku ingin sendiri dulu, mas,"

"Aku sudah menunggu lama, Dhi...,"

"Nyuwun ngapunten, mas. Adhimu ini harus memilih. Jika Mas Her berniat untuk berhenti, maka, sudahlah, kita berhenti saja, Mas,"

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun