"Siapa yang bilang kalo elo tu sugar baby?" tanyanya frontal.
Sambil terus menikmati yoghurtnya, Kazumi hanya mengedikkan bahunya acuh tak acuh.
"Buta kali ya tu orang? Sugar baby kaya gini? Handphone standar, jam tangan gak ganti dari SMP, sepatu... paling lo cuma punya dua, perhiasan ga ada. Heran gue. Gue pikir dah lama gue gak main bareng elo, dan katanya sekarang jadi sugar baby, lo bakal udah jadi Barbie hidup, shining, shimmering, splendid. Â Gak taunya tetap bule buluk juga, gini-gini aja. Gak ada bedanya." Mata Hanna meneliti Kazumi dari atas ke bawah.
"Mulut lo, Han! Eh iya juga ya. Â Sejak beda kelas, lo jarang gabung sama kita-kita. Â Elo sih, gak ikut basket. Â Senang banget ditonjokkin ikutan ekskul taek won do."
Walaupun kata-kata Hanna bukan untuk konsumsi makhluk lemah, tapi perhatian dan pembelaan Hanna terlihat jelas. Â
"Huahahaha, bule buluk!" Sky tak bisa menghentikan kekehannya.
"HEH!!! Lo ngetawain temen gue?"
Hampir saja kerah kemeja Sky ditarik kasar oleh Hanna yang tidak terima Kazumi ditertawakan. Â Kedua tangan Sky terangkat ke udara, tidak akan membalas kelakuan Hanna.
"Santai, woy! Dia aman. Â Dia temannya si kembar siam juga kok." Bela Kazumi sambil menepis tangan Hanna yang mengarah ke leher Sky.
Suara cempreng menggelegar Hanna sudah pasti menarik perhatian seluruh siswa yang ada di kantin pagi itu. Â Dan pemikiran nyeleneh ala Hanna membuka pikiran mereka. Â Sehingga tanpa perlu bersusah payah Kazumi yakin teman-temannya bisa membedakan antara fitnah dan kebenaran.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H