Mohon tunggu...
DIAH AYU NOVITA
DIAH AYU NOVITA Mohon Tunggu... Jurnalis - DIAH AYU NOVITA SARI NIM 181910501020

MAHASISWA UNIVERSITAS JEMBER JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan

Ibu kota Negara di Pindah, Bagaimana Tinjauan dari Aspek Kewilayahan?

8 September 2019   10:30 Diperbarui: 8 September 2019   13:25 253
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pemerintahan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Beliau mengatakan hal tersebut tentunya di landasi dengan pertimbangan DKI Jakarta sebagai pusat dari pemeritahan dan juga sekaligus sebagai pusat bisnis perdagangan jasa sudah menanggung beban yang sangat luar biasa beratnya baik dari sisi ekologi juga sosialnya. 

Terjadi ketimpangan sosial di ibukota DKI Jakarta akibat adanya perubahan dari pola permukiman yang tidak di barengi oleh penyediaan pelayanan umum sehingga terjadilah sentralisasi. Hampir 60% populas penduduk Indonesia hanya terpusat di Pulau Jawa. 

Maka dari itu pemindahan ibu kota negara Indonesia yang baru harus memperhatikan dari aspek keberlanjuta pembangunan baik secara infrastrukturnya ataupun juga lingkungannya.

Peran yang dimiliki ibu kota DKI Jakarta di dalam dinamikanya di Indonesia merupakan suatu keadaan yang sangat sentral. Dimana, bisa dilihat dari jumlah uang yang beredar di Indonesia, 70% aktivitas masyarakat hanya terpusat di DKI Jakarta saja. 

Kemudian, adanya peristiwa migrasi yang terjadi besar- besaran menuju pusat yaitu DKI Jakarta baik dari kalangan yang berasal dari golongan terpelajar yang mempunyai passion atau ketrampilan khusus dan sudah siap untuk bekerja. 

Ataupun malah juga sebaliknya mereka hanya bermodalkan nekad saja yang tidak memiliki kesiapan apapum untuk mengadukan nasibnya di DKI Jakarta. Hal itulah yang membuat Jakarta menjadi sangat padat penduduknya dan kemudian memunculkan banyak masalah yang berakibat secara sistematik.

Berdasarkan rangkuman dari hasil Tim Riset CNBC ada 4 macam alasan ibu kota negara Indonesia sebaiknya dipindahkan saja dari wilayah DKI Jakarta. 

Pertama, kemacetan merupakan permasalahan kota DKI Jakarta yang sampai saat ini masih sulit untuk dipecahkan. Hal tersebut akan sangat berpotensi menyebabkan kerugian bagi negara hingga triliunan rupiah setiap tahun. Dengan adaya masalah kemacetan maka waktu tempuh bagi kendaraan bermotor juga akan semakin lama. 

Kemudian imbasnya pada konsumsi bahan bakar yang tidak dapat digunakan dengan efisien. Masalah yang ke-2 adalah banjir tahunan. Sistem pengairan yang berada di DKI Jakarta kurang berfungsi dengan baik, ditambah lagi tanah di Jakarta juga semakin amblas dan pada akhirnya menimbulkan potensi genangan air yang setiap tahun semakin meluas. 

Masalah yang ke-3 yaitu masalah kepadatan penduduk. Awalnya, Jakarta ang dulunya bernama Batavia yang didirikan dan dibangun oleh Belanda sebagai kota pelabuhan guna meakukan kegiatan perdagangan dan hanya dirancang supaya mampu menampung total penduduk 600.000 jiwa. 

Tetapi saat ini, Jakarta harus menjadi rumah untuk lebih dari 10 juta jiwa. Kepadatan penduduk  tentunya aka membuat kota yang herarusnya menjadi tempat yang layak kita tinggal menjadi semakin tidak nyaman. Permasalahan yang terakhir yaitu selain potensi mencemaran baik polusi, air, udara seiring dengan meningkatnya jumlah penduduk di wilayah DKI Jakarta. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun